Senin 15 Aug 2022 09:20 WIB

Peluru Fatwa Khomeini dan Kisah Matar Hadi Penusuk Ayat-Ayat Setan dari Lebanon Selatan

Bila fatwa Imam Khomeini ternyata seperti peluru yang terus menuju sasaran.

Hadi Matar, 24, tengah, tiba untuk dakwaan di Gedung Pengadilan Chautauqua County di Mayville, NY., Sabtu, 13 Agustus 2022. Matar, yang dituduh melakukan serangan penusukan terhadap penulis Satanic Verses Salman Rushdie, telah masuk pembelaan tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan.
Foto:

Kawasan Lebanon Selatan dan Syiah

Bagi anda yang pernah ke Lebanon selatan memang sangat jelas kawasan itu merupakan umat Islam yang bermahzan Syiah. Suasana ini berbeda dengan Lebanon Utara yang sekuler dengan jalanan yang disemaraki foto iklan perempuan berpakaian terbuka, di kawasan Lebanon penuh dengan poster bernuansa perjuangan Islam dan perempuan mengenakan jilbab khas syiah yang berawarna hitam. Di kawasan yang menjadi daerah kekuasaan pasukan Hizbullah itu lazim pula muncul gambar pemimpin besar revolusi Iran, Imam Khomeini hingga Hassan Nasrallah di jalanan.

Sikap anti-Amerika Serikat sangat jelas di sana. Di rumah penduduk dan juga dikawasan kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila di mana penulis pernah berkunjung ke sana beberapa tahun silam, bendera Amerika Serikat dibuat menjadi keset kaki sebelum masuk ke dalam rumah. Ketika warga ketemu dengan orang asing, mereka selalu membuka pertanyaan dengan pertanyaan: Are You Amriki? ( Anda orangnya (mata-mata) Amerika?). 

Jadi sangat dimengerti bila orang Islam yang bermahzab Syiah baik yang di Iran dan kawasan lainnya, terutama di wilayah Lebanon Selatan, sangat membenci Amerika Serikat. Mereka menganggap Amerika juga bertindak sama, dan mereka juga akan terus melawannya.

photo
Seorang anak laki-laki membawa bendera Hizbullah di Jibchit, Lebanon, pada bulan Februari saat ia berlari melewati potret, dari kiri, Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran saat ini; Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin Revolusi Islam Iran; dan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah. - (New York Times)

 

Khusus untuk kasus penusukan terhadap Salman Rushdie,Sastrawan kondang dan guru besar Falsasfah Islam Univeritas Pramadina, Prof Dr Abdul Hadi WM, mengatakan itu terjadi sebagai konsekuensi Ruhdia karena menghina miliaran orang Islam sedunia . Ini karena setiap Muslim selalu selalu merasa bila Rasulullah Muhammad SAW dihina, berarti dirinya juga ikut dihina. 

‘’Kalau Tuhan orang Islam dihina tak terlalu besar implikasinya karena selalu masih ada peluang perdebatan pendapat. Tapi lain lagi bila nabinya dipakai bahan olokan atau dihina, maka akan langsung merasa setiap Muslim dirinya tengah ikut tercampakkan. Ini juga pendapat pakar sufi asal Jerman Annie Marie Schimmel. Maka itu harus dipahami. Jadi soal penghinaan terhadap Nabi Muhammad jangan dibandingkan dengan agama lain,’’ kata Abdul Hadi WM. 

Abdul Hadi yang menjadi legenda pelopor sastra sufi di Indonesia yang muncul pada dekade 1970-an lebih lanjut menyatakan, dalam dunia sastra akibat perilaku Salman Rushdie maka dia berhasil membuat dinding pemisah antara sastrawan Muslim dan bukan Muslim.

‘Dalam soal ini, Salman Rushdie merasa bila dirinya bagian dari dunia barat yang tidak bisa disalahkan dan selalu apa yang dikatakannya bena sehingga apa saja diperbolehkan. Sebaliknya, dunia barat merasa bila ada suara dari dunia lain, yakni dunia Islam, mereka boleh dinjak-injak. Nah, sekarang dia menerima imbalannya,’’ ujarnya lagi.

Menurut Abdul Hadi, dalam tradisi khazanah sastra di dunia Islam, tidak ada pengarang yang bersikap seperti Salman. ‘’Bila mereka menghina dunia barat itu karena sikap kolonialnya. Tapi coba cari dan tanyakan apakah ada pengarang Muslim yang menghina Yesus Kristus, Budha dan lainnya? Apakah ada pengarang Muslim yang mengatakan kitab suci agama lainnya itu kitabnya setan. Sama sekali taka ada.”

Maka, tegas Abdul Hadi, Salman Rushdie itu hanya sekedar pion bagi dunia barat untuk menghantam Islam. Sebab, implikasi dari semua tindakannya dengan menulis serta menyebarkan novel Ayat-Ayat Setan bukan soal agama lagi, tapi sudah meluas kepada masalah politik, sosial, dan budaya secara global. 

‘’Dulu Salman Rushide berjanji akan bertobat. Tapi dunia barat memakainya dan memanjakanya dengan memberikan perlindungan sanjungan, uang, penghargaan dan lainnya. Dia menjadi sangat terhormat dalam budaya barat,’’ kata Abdul Hadi.

Pada sisi lain, dari analisis Abdul Hadi, kemunculan novel Ayat-Ayat Setan itu memang dipakai untuk mengejek Iran. Karena terbit tak berapa lama sesudah meletusnya Revolusi Iran yang menumbangkan rezim pro barat, Syah Iran. ‘’Ayatollah Khomeini tahu maksud dari itu. Maka dia kemudian mengeluarkan fatwa hukum mati kepada Salman Rushdie.”

Bagaimana kualitasnya dalam bidang sastra dunia? Abdul Hadi mengatakan secara kualitas sastra novel Ayat-Ayat Setan biasa saja. Tak baik dan juga tak buruk. "Novel ini terkenal karena kontroversi dan imbas politiknya saja. Tak lebih itu. Jangan bandingkan novel ini dengan karya para pemenang penghargaan Nobel sastra. Sangat jauh kualitasnya.”

 

 

 

sumber : daymail,cuk/dari berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement