Kamis 11 Aug 2022 19:07 WIB

Lansia di Cilegon Suspek Cacar Monyet

Lansia suspek cacar monyet miliki gejala ruam di badan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
 Gambar ini disediakan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) menunjukkan mikrograf elektron transmisi berwarna dari partikel cacar monyet (merah) yang ditemukan di dalam sel yang terinfeksi (biru), dibiakkan di laboratorium yang ditangkap dan ditingkatkan warna di NIAID Fasilitas Penelitian Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Md. Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini menyatakan meluasnya wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat global. Ini adalah tingkat kewaspadaan tertinggi WHO, tetapi penunjukan itu tidak berarti suatu penyakit sangat menular atau mematikan
Foto: NIAID melalui AP
Gambar ini disediakan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) menunjukkan mikrograf elektron transmisi berwarna dari partikel cacar monyet (merah) yang ditemukan di dalam sel yang terinfeksi (biru), dibiakkan di laboratorium yang ditangkap dan ditingkatkan warna di NIAID Fasilitas Penelitian Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Md. Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini menyatakan meluasnya wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat global. Ini adalah tingkat kewaspadaan tertinggi WHO, tetapi penunjukan itu tidak berarti suatu penyakit sangat menular atau mematikan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mengonfirmasi adanya satu kasus diduga cacar monyet di Cilegon, Banten. Saat ini, pasien lansia suspek cacar monyet tersebut sedang menjalani isolasi di rumahnya dengan pemantauan tim medis.

Menanggapinya Ketua Satgas Monkeypox PB IDI dr Hanny Nilasari mengatakan, hingga kini hasil pemeriksaan PCR yang bersangkutan belum keluar. "Jadi yang di Cilegon masih dilakukan pemeriksaan PCR di laboratorium khusus dan kemudian belum ada hasil yang menunjukkan bahwa hasil positif monkeypox," kata dia dalam diskusi daring, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga

Hanny mengungkapkan, berdasarkan data dari satgas PB IDI, sudah ada 10 kasus suspek cacar monyet yang dilaporkan. Dari 10 kasus suspek tersebut, semuanya telah dinyatakan negatif atau bukan positif cacar monyet.

"Sampai saat ini ada 10 kasus yang terduga atau suspek. Tetapi sampai saat ini memang beberapa sudah ada hasil dan tidak ada tanda-tanda atau tidak positif ya pada pemeriksaannya dan pasien yang terduga kemarin di Cilegon itu juga secara secara data itu belum terkonfirmasi positif ya," jelas Hanni.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, pasien di Cilegon seorang perempuan berusia 61 tahun. Gejala yang dialami pasien adalah ruam dan sikel terutama di badan.

"Gejala ruam tersebut timbul sejak 5 Agustus diawali dengan panas. Sudah diambil sampel dan dikirim ke lab BKPK," ujar Maxi saat dikonfirmasi, Kamis (11/8/2022).

Diperkiraan hasil sampel akan keluar di pekan ini. Namun, pihak Kemenkes RI meminta percepatan testing. "Paling lama lusa, kami minta cepat," ujar Maxi.

Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril menegaskan belum ada masyarakat Indonesia yang terjangkit virus cacar monyet. Syahril mengungkapkan hingga Rabu (10/8/2022) sudah ada 17 orang suspek diduga cacar monyet. "17 orang semua suspek, begitu PCR hasilnya negatif, sehingga statusnya menjadi discarded," ujar Syahril.

Namun, Syahril menyatakan untuk mengantisipasi adanya virus yang berasal dari Afrika Selatan ini, pemerintah sedang mencari vaksin sebagai cara menangkal terjangkitnya virus ini. Diketahui, seseorang baru bisa menularkan cacar monyet apabila sudah bergejala.

Untuk mendeteksi itu, saat ini sudah ada sebanyak 1.100 lab di Indonesia dengan 1.500 reagen yang sudah disebar. Pemerintah juga sedang mencari vaksin dari cacar monyet ini meskipun masih sangat jarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement