Jumat 05 Aug 2022 21:26 WIB

RSCM Siap Hadapi Monkeypox

Kasus Monkeypox terjadi pada pasien tanpa riwayat bepergian ke daerah Afrika Barat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ilham Tirta
Ilustrasi Cacar Monyet.
Foto: republika/daan yahya
Ilustrasi Cacar Monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, kemunculan infeksi cacar monyet atau Monkeypox dilaporkan oleh beberapa negara tanpa riwayat endemi Monkeypox sebelumnya. Sejak awal Mei 2022, beberapa negara melaporkan kasus Monkeypox terjadi pada pasien tanpa riwayat bepergian ke daerah Afrika Barat atau Afrika Tengah, daerah dimana terjadi endemik virus Monkeypox.

Kementerian Kesehatan membenarkan adanya satu kasus suspek cacar monyet di Pati, Jawa Tengah. Hingga kini, Kemenkes masih melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) guna memastikan adanya penularan penyakit menular tersebut.

Baca Juga

Dikonfirmasi perihal kesiapan menghadapi wabah cacar monyet bila terkonfirmasi di Indonesia, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM Lies Dina Liastuti mengaku siap. Ia memastikan, RSCM sudah siap jika di kemudian hari ada kasus cacar monyet yang ditemukan di Indonesia.

“Kesiapan ya kita kan dokter-dokternya ada, dokter tropik infeksi, kalau menyerang anak ada dokter anak. Semua sih siap, laboratorium kita juga siap. Tapi sampai saat ini, kita belum terima satu pun pasien monkeypox,” kata Lies saat ditemui di RSCM usai peluncuran SmartRSCM pada Jumat (5/8/2022).

Monkeypox, atau cacar monyet, adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) dengan dua moda transmisi, yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia. Transmisi virus Monkeypox dari hewan ke menusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan.

Selain itu, kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar juga disebutkan dapat menyebabkan penularan virus Monkeypox. Transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi Monkeypox, kontak tidak langsung dengan media yang terkontaminasi virus Monkeypox seperti baju, kain, seprai dari pasien yang terinfeksi Monkeypox, dan kontak dengan droplet atau sekret pernapasan dari pasien yang terinfeksi Monkeypox.

Laporan kasus menyebutkan adanya transmisi vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi Monkeypox pada janin. Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark, ketika terdapat dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan ‘monkeypox'. Penyakit ini mengenai manusia pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo dan menyebar secara sporadis di daerah Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Wabah monkeypox pernah dilaporkan pada negara non-endemis sebelumnya pada tahun 2003, dimana didapatkan kasus monkeypox pertama di luar Afrika, yakni di Amerika Serikat, yang menyebabkan lebih dari 70 kasus. Pada tahun 2017, Nigeria mengalami wabah dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.

Pada awal Mei 2022, WHO mendapatkan laporan kasus Monkeypox yang terjadi di negara non-endemis, terutama di Eropa dan Amerika Serika. WHO telah menetapkan status darurat global untuk infeksi Cacar Monyet pada Juli 2022.

Hingga 29 Juli 2022, telah terdapat 76 negara yang melaporkan kejadian monkeypox di seluruh dunia, dengan total kasus konfirmasi monkeypox 22.485 kasus di seluruh dunia, dimana 22.141 kasus terjadi di negara non-endemis. Amerika Serikat mencatat angka kasus monkeypox tertinggi, yakni sebesar 4,906 kasus. Di ASEAN, hingga akhir Juli 2022, Singapura telah melaporkan 11 kasus konfirmasi, Thailand melaporkan dua kasus konfirmasi, dan Filipina melaporkan 1 kasus konfirmasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement