Prof Zubairi juga meminta petugas kesehatan untuk mewaspadai segala bentuk gejala penyakit kulit seperti gatal-gatal atau bintik-bintik karena bisa jadi itu adalah cacar monyet. Lantaran sudah lebih dari 75 negara melaporkan kasusnya, kemungkinan besar cacar monyet juga sudah ada di Indonesia.
"Ada kemungkinan cukup besar bahwa sebetulnya di kita sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Prof Zubairi yang juga ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Prof Zubairi menjelaskan salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet adalah jenis penyakit ini masih baru. Banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya dan mengiranya sebagai penyakit lain. Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah menyediakan hotline untuk melaporkan kasus yang diduga cacar monyet.
"Harus ada hotline, jadi kalau curiga ini (cacar monyet) hubungi nomor sekian, nanti akan tindaklanjuti, misalnya dinas kesehatan akan menindaklanjuti, akan mengambil contoh dari kelainan kulit yang ada, kemudian dikirim ke laboratorium rujukan, apakah ini virus cacar monyet atau bukan," katanya.
Meskipun demikian, pihaknya meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap penyebaran penyakit cacar monyet. Terlebih, infeksi virus monkeypox ini memiliki tingkat fatalitas yang rendah.