Rabu 03 Aug 2022 06:25 WIB

BEI Selenggarakan 4.973 Kegiatan Literasi Pasar Modal per Juni 2022

Kegiatan tersebut dilakukan oleh 30 Kantor Perwakilan BEI di seluruh Indonesia.

Investor muda memantau pergerakan saham (ilustrasi). Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyelenggarakan 4.973 kegiatan literasi, inklusi, dan aktivasi pasar modal, kepada lebih dari 376 ribu peserta se-Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022.
Foto: Prayogi/Republika
Investor muda memantau pergerakan saham (ilustrasi). Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyelenggarakan 4.973 kegiatan literasi, inklusi, dan aktivasi pasar modal, kepada lebih dari 376 ribu peserta se-Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyelenggarakan 4.973 kegiatan literasi, inklusi, dan aktivasi pasar modal, kepada lebih dari 376 ribu peserta se-Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022.

"Secara konsisten bersama seluruh pemangku kepentingan kami terus menyelenggarakan kegiatan edukasi seperti Sekolah Pasar Modal (SPM) baik secara daring ataupun luring," kata Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI Risa Rustam dalam konferensi pers Mandiri Sekuritas secara daring di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Baca Juga

Kegiatan tersebut dilakukan oleh 30 Kantor Perwakilan BEI di seluruh Indonesia yang telah diikuti oleh institusi, masyarakat umum, komunitas, hingga akademisi. Risa mengaku pendekatan digital sangat dibutuhkan untuk memberikan akses kepada calon investor. Oleh karenanya upaya edukasi dan inklusi berbasis digital akan terus didorong dan dikembangkan, namun dengan tidak meninggalkan berbagai kegiatan secara luring.

Dunia investasi di tengah perkembangan digital telah memberikan masyarakat beragam pilihan melalui kemudahan akses berbasis teknologi yang ada dalam satu genggaman. Termasuk investasi di pasar modal seperti saham, obligasi, hingga reksadana, yang dapat diakses melalui berbagai platform digital seperti online trading dan marketplace.

Akses tersebut telah memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan angka investor serta nilai transaksi pasar modal di era pandemi ini. Tetapi, lanjut dia, perlu disadari pula masih banyak masyarakat yang tidak memahami mekanisme serta strategi berinvestasi dengan baik, karena cenderung lebih mengikuti tren sesaat atau di kalangan muda disebut dengan istilah Fear Of Missing Out (FOMO).

"Fenomena ini telah menjadi salah satu prioritas kami dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai karakteristik investasi di pasar modal.  Utamanya berdasarkan jangka waktu investasi dan potensi risiko agar sesuai dengan profil dan tujuan investasi investor," ungkapnya.

Ia menjelaskan proses pemahaman tersebut tertuang dalam istilah 3P yaitu Paham, Punya, Pantau, yang merupakan langkah awal investor dalam memulai perjalanan investasi. 3P juga dapat terhindar dari praktek investasi bodong yang tak kalah gencar dalam menjanjikan masyarakat dengan mengedepankan keuntungan yang tinggi dan instan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement