Rabu 03 Aug 2022 04:35 WIB

Senator DPD Abdul Kholik: Awas Ada Ancaman Bencana Besar dari Sungai Serayu

Pemerintah pusat dan provinsi harus turun tangan selamatkan sungai Serayu

Foto udara aliran Sungai Serayu yang meluap dan merendam permukiman, area persawahan dan sejumlah ruas jalan di Desa Pegalongan, Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (3/12/2020). Sejumlah wiayah di Kabupaten Banyumas mengalami longsor dan banjir akibat curah hujan ekstrim pada Rabu (2/12) malam dan menyebabkan Sungai Serayu meluap sehingga merendam permukiman di sekitar aliran sungai Serayu di Kabupaten Banyumas.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Foto udara aliran Sungai Serayu yang meluap dan merendam permukiman, area persawahan dan sejumlah ruas jalan di Desa Pegalongan, Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (3/12/2020). Sejumlah wiayah di Kabupaten Banyumas mengalami longsor dan banjir akibat curah hujan ekstrim pada Rabu (2/12) malam dan menyebabkan Sungai Serayu meluap sehingga merendam permukiman di sekitar aliran sungai Serayu di Kabupaten Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senator DPD RI asal Jawa Tengah, DR Abdul Kholik, mengatakan daerah aliran sungai Serayu yang membentang dari Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga bermuara di kawasan pantai Kabupaten Cilacap harus diselamatkan. Kondisi sungai dengan panjang sekitar lebih dari 100 KM itu kini semakin kritis akibat terjadinya erosi di sepanjang alirannya.

''Sungai Serayu telah menyumbang sedimentasi bagi waduk Mrican yang terletak di Banjarnegara. Volume lumpur telah mencapai tiga kali lipat batas toleransi. Padahal secara teknis hanya boleh maksimal 2,5 juta meter kubik endapan lumpurnya. Sementara sekarang endapan lumpurnya sudah mendekati 8 juta meter kubik. Kalau tidak ditangani maka pilihannya semakin dilematis. Jika dibuang ke sungai, akan menimbulkan kerusakan lingkungan biota sungai Serayu,'' kata Abdul Kholik, dalam pembicaraan semalam, Selasa (2/8/2022).

Sebaliknya, lanjut Kholik, jika endapan lumpur tidak dibuang maka akan mengancam beroperasinya turbin pembangkit listrik yang ada di waduk Mrican. Nantinya kjuga akan dapat menimbulkan bencana yang lain, yakni jebolnya waduk sehingga wilayah disekitar aliran sungai Serayu akan terkena banjir bandang.

''Maka saya mendesak pemerintah pusat segera turun tangan menyelesaikan masalah ini. Sedimen lumpur di waduk Mrican harus dikeruk. Kalau tidak sungai Serayu menjadi potensi ancaman bencana,'' katanya lagi.

Saat ini, ujar Kholik, memang telah  ada upaya penanganan dari pihak pengelola waduk dan pihak pemerintah dari lima kabupaten yang wilayahnya menjadi aliran sungai Serayu. Namun, hasilnya masih jauh dari harapan.''Pemerintah provinsi dan pusat harus segera bertindak. Sebab, membutuhkan dukungan pendanaan besar dan koordinasi antardaerah karena akan membutuhkan dana hingga Rp 400 miliar."

Kholik pun menegaskan mulai saat ini harus sudah ada gerakan untuk menyelamatkan sungai Serayu yang melibatkan berbagai pihak. Masyarakat diajak untuk berkolaborasi untuk mencegah terjadi bencana yang sekarang sudah di depan mati.

''Semua ini jelas butuh kesadaraan dan kepedulian sebelum bencana datang. Sebab, selain itu sungai Serayu seharusnya juga dapat dijadikan wisata konvervasi lingkungan yang bernilai ekonomi. Misalnya, ada program ekspedisi sungari Serayu untuk membangun kesadaran publik,'' tandas Abdul Kholik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement