Jumat 29 Jul 2022 18:24 WIB

Harganas ke-29, Komitmen Lahirkan Generasi Unggul Bebas Stunting

Menuju Indonesia 2045, tidak ada lagi stunting di Tanah Air.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tingkat Jabar di Lapangan Pandapa Paramarta, Kabupaten Kuningan, Kamis (28/7).
Foto: Istimewa
Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tingkat Jabar di Lapangan Pandapa Paramarta, Kabupaten Kuningan, Kamis (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jabar menggelar Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tingkat Jabar di Lapangan Pandapa Paramarta, Kabupaten Kuningan, Kamis (28/7). Peringatan Harganas kali ini melahirkan komitmen bersama dalam menekan angka stunting sekecil mungkin.

Tema Harganas kali ini, yakni ‘Ayo Cegah Stunting agar Keluarga Jawa Barat Bebas Stunting’. Puncak peringatan Harganas itu dihadiri Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Bupati dan Walikota se-Jawa Barat, ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat, kepala perangkat daerah di lingkup Provinsi Jabar, dan BKKBN.

Harganas ke-29 dirangkaikan dengan peringatan Hari Anak Nasional. Sejumlah kegiatan diadakan, mulai dari jalan sehat Color Walk, sepeda santai, senam sehat, Pengukuhan Teladan KB, Tim Pendamping Keluarga Provinsi Jawa Barat, Pengukuhan Forum Anak Daerah Jawa Barat serta penyerahan berbagai penghargaan.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo diwakili Inspektur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono, menyampaikan, Harganas merupakan ajang menguatkan komitmen dalam mengatasi berbagai isu di masyarakat, terutama masalah stunting. ‘’Keluarga adalah sumber yang selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan cinta dan kasih sayang. Keluarga pun menjadi perisai dalam menghadapi segala persoalan,’’ kata Ari.

Ari menegaskan, momentum Harganas ke-29 dapat menjadi daya ungkit keberhasilan program dan penguat komitmen bersama untuk menurunkan stunting. Pihaknya mengajak semua elemen untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian dan komitmen bersama dalam penurunan stunting.

Dia menuturkan, stunting masih menjadi persoalan yang erat kaitannya dengan keluarga. Faktor utama penyebab stunting itu ada di dalam keluarga, yaitu faktor pola asuh dan faktor pemberian nutrisi yang mencukupi untuk anak.

‘’Keberhasilan keluarga dalam mencegah kelahiran anak stunting akan membawa Indonesia kepada masa depan yang lebih baik,” imbuhnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan, Indonesia berada pada urutan ke-16 di dalam G20. Pada 2045, Indonesia digadang-gadang akan berada pada posisi ke-4 dunia.

‘’Indonesia bisa menjadi negara Adidaya di 2045, tetapi syaratnya banyak, namun satu yang terpenting, tidak boleh di 2045 generasi mudanya jadi beban negara, harus jadi mesin negara,” kata Emil, sapaan Ridwan Kamil.

Kata Emil, beban negara yang dimaksud ialah meminta-minta segala urusan diurusi negara, serta tidak mampu bisa bersaing. Generasi seperti itu, papar dia, biasanya datang dari stunting. Jadi, kalau stunting tidak diberantas dari sekarang, maka golongan stunting ini di 2045 akan mendominasi generasi muda, sehingga gagal bersaing.

Emil menyampaikan, menghancurkan sebuah bangsa bisa dengan cara merusak generasi muda. Namun, sambung dia, untuk memajukan bangsa dimulai dari pola asuh, dan mendidik generasi muda supaya menjadi unggulan dimasa depan.

"Intinya, Jabar pada 2045 harus zero stunting. Anak-anak harus dibina, sehat, cerdas, berakhlak dan ahli ibadah,” tandasnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Wahidin menambahkan, melalui Harganas ke-29, diharapkan tercipta komitmen bersama pemangku kepentingan dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jabar, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota.

Lebih dari itu, papar dia, bisa tersusunnya tahapan-tahapan kerja yang terarah, sistematis dan berhasil, guna dalam mempercepat penurunan stunting. Kata Wahidin, upaya yang dilakukan pencegahan stunting baru dengan cara pendampingan.

Salah satu faktor masih tingginya angka prevalensi stunting, karena pola perilaku atau pola asuh orang tua, khususnya terkait asupan makanan anak. ‘’Kalau melihat data survei status gizi Indonesia (SSGI) Jabar, saat ini sudah cukup rendah, yakni 24,5 persen. Target kami sampai akhir tahun bisa mencapai 20,9 persen,’’ tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement