Kamis 28 Jul 2022 01:04 WIB

Fenomena Citayam Fashion Week, Pengamat: Jadikan Wadah Cerdaskan Anak Muda

Sistem pendidikan nasional harus merengkuh anak-anak putus sekolah dan broken home

Rep: meiliza laveda/ Red: Hiru Muhammad
Anak-anak melakukan peragaan busana di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (25/7/2022). Peragaan busana bertajuk Citayam Fashion Week kini semakin ramai dilakukan oleh berbagai kalangan mulai dari artis, content creator hingga remaja yang datang dari ibu kota maupun luar kota. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak melakukan peragaan busana di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (25/7/2022). Peragaan busana bertajuk Citayam Fashion Week kini semakin ramai dilakukan oleh berbagai kalangan mulai dari artis, content creator hingga remaja yang datang dari ibu kota maupun luar kota. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belakangan ini Citayam Fashion Week (CFW) menjadi buah bibir masyarakat. Warga berbondong-bondong pergi ke area Dukuh Atas untuk melihat sendiri CFW. Semua kalangan masyarakat menikmati ruang publik, khususnya anak muda.

Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan CFW merupakan sebuah momen yang menarik minat dari banyak kalangan. CFW juga mempertemukan berbagai macam kelompok kepentingan menjadi satu. Momen ini memberikan pandangan luas tentang anak muda sekarang.

Baca Juga

“Dunia anak sekarang adalah dunia digital. Keterhubungan digital ini membuat ruang fisik untuk mengekspresikan diri. Ada empat hal yang disoroti, yaitu teknologi, fisik, ruang, dan waktu yang menjadi bagian integral dalam memaknai keberadaan individu,” kata Doni dalam diskusi publik Menilik Bingkai Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dalam Fenomena CFW yang diadakan oleh Megawati Institute, Rabu (27/7/2022).

Menurut Doni, ini membuat masyarakat berpikir tentang pendidikan, program wajib belajar bagi anak-anak muda ini. Pengembangan proses pendidikan ke depan akan semakin cair, tidak hanya formal tetapi juga non-formal.

Dalam hal ini, pemerintah perlu melihat sejumlah tantangan pencerdasan anak bangsa. Misal, ruang publik yang nyaman adalah potensi untuk ruang edukasi. Ditelusuri apakah pemerintah sudah menyediakan ruang publik yang nyaman.

Kemudian sistem pendidikan nasional yang harus merengkuh anak-anak putus sekolah dan broken home. “Lalu kreativitas mereka yang terdampingi bisa menjadi modal kreatif bangsa yang akan menggerakkan roda ekonomi kreatif,” ujarnya.

Tantangan terakhir adalah pembentukan karakter anak muda yang harus menjadi bagian keprihatinan seluruh warga negara. “Semua kalangan masyarakat harus peduli sehingga siapa pun yang sesuai dengan perannya dapat terlibat dalam membentuk anak bangsa yang mencintai bangsa dan negaranya,” tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement