Selasa 26 Jul 2022 16:58 WIB

Vaksin Cacar Monyet Terbatas, Indonesia Pilih Antisipasi dengan Vaksin Cacar

Vaksin cacar monyet belum ada di Indonesia karena stok dunia sangat terbatas.

 Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet. Belgia menerapkan aturan karantina 21 hari untuk penderita cacar monyet.
Foto:

Seorang pria gay berinisial S (31 tahun) menilai cacar monyet tidak perlu disikapi berlebihan. "Untuk sejauh ini menanggapi kasus penyakit tersebut (cacar monyet) bagi golongan orang-orang rentan seperti kami, menurut saya pribadi tidak terlalu menyikapi secara berlebihan. Karena pada dasarnya penyakit tersebut memang asalnya bukan dari pergaulan seks bebas," ujar warga Jakarta itu kepada Republika, Senin (25/7/2022).

Sunyoto tak memungkiri bila ada beberapa dari kelompok LGBT yang sering berganti pasangan. Dengan perilaku seperti itu, sangat mungkin dapat tertular cacar monyet.

Namun, lanjut Sunyoto, dirinya selalu mengantisipasi segala penyakit menular dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu antisipasi yang dilakukan untuk mencegah penularan monkeypox.

"Beberapa dari kami memang selalu cek rutin kesehatan dalam dua bulan sekali bahkan satu bulan sekali juga ada (saat pengambilan obat disertai konsultasi jika memang ada keluhan). Sehingga menurut saya sendiri antisipasinya seperti hal biasa yang dilakukan pada umumnya," tuturnya.

Menurut Sunyoto, kelompok LGBT rentan penyakit HPV atau kutil kelamin. "Itu yang lebih berbahaya dan rentan menularkan. Karena rata-rata orang yang mengidap HPV tidak sadar dan sering menularkan dan ujung2nya bisa sebagai pemicu positif HIV," tuturnya.

Perihal sikap pemerintah yang secara spesifik akan melakukan skrining terhadap kaum gay, Sunyoto mendukung penuh langkah tersebut. Hal ini lantaran banyak pula kelompok LGBT yang tidak mempedulikan status kesehatannya.

"Sebagai contoh masih banyak orang-oramg LGBT yang belum tahu status HIV-nya apakah terpapar atau tidak, sehingga yang sering gonta ganti pasangan jika sebenarnya sebagai pengidap HIV karena orang tersebut tidak pernah cek status HIV-nya sehingga menjadi pemicu kasus korban HIV yang semakin bertambah," ujarnya.

"Tetapi untuk orang-orang LGBT yang peduli akan kesehatan, walau sering gonta ganti pasangan ketika bertemu dengan pasangan baru yamg sudah ada tanda-tanda aneh misal ada penyakit gatal di kulit salah satu pasangan tersebut juga sudah dipastikan tidak akan melanjutkan apalagi sampai berhubungan," sambungnya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Yayasan Rumah Sebaya, Darmawan menyatakan siap jika digandeng Kementerian Kesehatan untuk melakukan surveilans terhadap kelompok gay sebagai salah satu antisipasi terhadap penanganan cacar monyet. "Kami memang sudah biasa melakukan surveilans terhadap penyakit menular sperti HIV/AIDS, jadi bila dibutuhkan untuk monkeypox kami siap ya," ujarnya.

Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi WHO, penyakit cacar monyet bisa menular dari binatang ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari hewan yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet. Sedangkan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia bisa terjadi akibat kontak dengan sekresi saluran respirasi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi, atau benda-benda yang terkontaminasi virus.

Menurut WHO, peningkatan kewaspadaan terhadap faktor-faktor risiko penularan penyakit dan edukasi masyarakat mengenai tindakan yang perlu dijalankan guna mengurangi risiko penularan virus merupakan strategi utama dalam pencegahan penularan cacar monyet.

photo
Asal usul cacar monyet. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement