REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Ukraina untuk Republik Indonesia, Vasyl Hamianin, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Indonesia. Termasuk, atas kunjungan langsung Presiden Joko Widodo ke Ukraina.
Ia mengatakan pada hari kunjungan Presiden Jokowi ke Kiev, tidak ada korban warga Ukraina yang meninggal akibat serangan Rusia. Ia menyebut hal tersebut adalah hari yang sangat jarang terjadi sejak invasi Februari lalu.
Ia memahami kunjungan Presiden Joko Widodo merupakan kunjungan pertama pemimpin negara di Asia. Oleh karena itu, perhatian dan ekspektasi menjadi sangat besar. Meski begitu, ia mengatakan tidak berharap banyak dari kunjungan itu.
"Saya katakan sangat beralasan (ada banyak ekspektasi). Kita tidak berharap banyak, tidak ada kunjungan, tidak ada kehadiran, tidak ada di dunia ini yang bisa mengubah diktator Putin," kata Vasyl di Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (18/7/2022).
Vasyl menyebut Putin sebagai orang tua berusia 70 tahun telah mempersiapkan serangan ke Ukraina ini selama belasan tahun lalu. Karenanya, ia berpendapat, satu kunjungan pemimpin negara tidak akan memberikan perubahan secara dramatis.
Ia mengungkapkan, seluruh masyarakat Ukraina memiliki banyak ekspektasi, tapi penting untuk memiliki rencana yang matang terlebih dulu. Vasyl menilai, tidak akan ada hasil yang signifikan tanpa perencanaan dan pengimplementasian.
"Tanpa rencana konkret, tanpa instrumen konkret, tanpa agenda konkret, tidak akan ada hasil," ujar Vasyl.
Ia mengingatkan, ini semua bukan cuma soal yakin atau tidak maupun percaya atau tidak karena faktanya perang ini sudah berlangsung berbulan-bulan.
"Selama ini, kita sudah mendengar banyak orang membicarakan, mengajukan bahkan mengutuk. Tapi, kita mau melihat hasil, cuma hasil yang berarti," kata Vasyl.
Ia mengingatkan, dalam G20 tidak ada yang namanya konsensus untuk menyepakati pembuatan kebijakan, termasuk menekan Rusia menghentikan invasi. Tapi, Vasyl mengaku senang melihat konsistensi negara-negara dunia mendukung Ukraina.