REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) KH Yudian Wahyudi mendorong dunia kedokteran mampu mengimplementasikan nilai-nilai pancasila menjadi sikap, perilaku, etos kerja, dan terobosan baru berdasarkan semangat gotong royong seperti yang digagas oleh Bung Karno. Hal tersebut disampaikan saat menjadi keynote speaker dengan mengangkat tema The Role of National Outlook: Expected Values of PANCASILA for Health Professions dalam acara Indonesian Medical and Health Professions Education 1st International Conference di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Selasa (5/7/2022).
Yudian menyampaikan penghayatan nilai-nilai pancasila di dunia kedokteran pada akhirnya adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan rakyat Indonesia. "I hope in this international conference the participants will not only be able to absorb the material that provided by speakers, but also be able to implement and internalize the values of Pancasila into attitudes, behavior, work ethic, and new breakthroughs in the medical world. Which ultimately improves public health in turning for the welfare of the people of Republic Indonesia (Saya harap konferensi internasional ini para peserta tidak hanya akan menyerap materi yang disajikan pembicara tapi juga mengimplementasikan dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam tingkah laku, sikap, etos kerja, dan terobosan dalam dunia medis yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan masyarakat pada gilirannya untuk kesejahteraan rakyat Republik Indonesia)," tuturnya.
Yudian menjelaskan semangat para praktisi medis dan para profesional kesehatan telah hadir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. "The idea of Pancasila might have been coined by Soekarno and later strengthened by Hatta. But its spirit had been nurtured long before the declaration of independence, and put into practice by, among others, medical practitioners and health professionals (Gagasan Pancasila mungkin telah dicetuskan oleh Soekarno dan kemudian diperkuat oleh Hatta. Namun semangatnya telah dipupuk jauh sebelum proklamasi kemerdekaan dan dipraktikkan antara lain oleh para praktisi medis dan profesional kesehatan)," ucapnya.
Yudian mengatakan contoh pahlawan kesehatan seperti Prof. Dr. Sardjito, Rektor Pertama Universitas Gadjah Mada, yang kemudian diabadikan menjadi nama rumah sakit Universitas Gadjah Mada. Prof. Sardjito memprakarsai pendirian laboratorium dan rumah sakit pada masa perjuangan kemerdekaan. Selain itu, Doktor Cipto Mangunkusumo yang atas jasa-jasanya menjadikan namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional CiptoMangunkusumo (RSCM). Dokter Marie Thomas sebagai dokter wanita pertama di Indonesia, dan banyak lagi.
Semua contoh sejarah tersebut membuktikan dunia medis melayani bukan hanya untuk menyelamatkan manusia, tetapi juga menghormati kemanusiaan. Menurut Yudian, praktik gotong royong dalam dunia kesehatan sangat kentara pada masa-masa puncak Covid-19. Berbagai kalangan bahu membahu saling membantu dalam menangani ekonomi dan kesehatan dari dampak pandemi mulai dari makanan pokok, obat -obatan hingga informasi layanan kesehatan.
"Health professionals were tirelessly at the forefront to treat patients and tackle the pandemic (Para profesional kesehatan tanpa lelah berada di garis depan untuk merawat pasien dan mengatasi pandemi)," ucapnya.
Hadir juga dalam acara tersebut, Wakil Kepala BPIP Karjono, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Prakoso. Dekan Fakultas Kedokteran UGM Yodi Mahendradhata, dan Ketua Konferensi Mora Claramita.