REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro menilai munculnya diskursus calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Pemersatu menunjukkan kombinasi pasangan calon yang menjadi simbol polarisasi dua kutub politik berbeda. Menurut Agung capres-cawapres Pemersatu berusaha dimatikan pihak yang tak senang elite bersatu.
Ia mengatakan, saling serang ini dipakai dalam nalar keakuannya yang menurut pihak tertentu lebih baik, ketimbang kekitaan sebagai bangsa. Cara ini digunakan demi mengusung jagoannya masing-masing menang, sedangkan publik semakin terpolarisasi.
"Artinya, mesti ada cara pandang (mindset) baru dari semua kalangan bahwa platform pilpres bukan hanya untuk kebutuhan kalah menang dalam debat kandidat di tengah situasi dunia saat ini," kata Agung Baskoro kepada wartawan, Senin (27/6/2022).
Kedewasaan berpolitik, menurut dia, membutuhkan respons cermat melihat situasi. Tidak hanya saat partai politik atau koalisinya untuk menyiapkan platform pilpres secara komprehensif saja. Namun bagaimana agar bisa dibumikan, dibahas, diuji, dan disimulasikan bersama rakyat Indonesia para tataran pelaksanaannya dengan kondisi global saat ini.
"Di saat yang sama, hari ini publik menanti tawaran visi, misi, program, dan inovasi kebijakan untuk merespons situasi kedaruratan yang saat ini sedang terjadi, mulai soal pandemi, resesi hingga perang antara Ukraina-Rusia yang kini mulai memberikan ekses di Indonesia," tegasnya.
Dia memprediksi, platform capres ini menjadi jantungnya perubahan. Karena semua pihak akhirnya diajak, bukan lagi sebatas tim sukses. Tapi diajak untuk terlibat menyelesaikan masalah-masalah kompleks kebangsaan terkini. Ia menekankan jangan sampai pemilu esok perdebatan yang muncul hanya sebatas figur capres-cawapres tanpa desain platform yang jelas, serta kesinambungannya dari pemerintahan ke pemerintahan.
"Bila itu yang terjadi, maka sejujurnya kita sedang merencanakan kerusakan terstruktur, sistematis, dan masif bagi bangsa ini," tegasnya.
Agung menegaskan, gagasan Koalisi Pemersatu diperlukan. Ketimbang energi kolektif publik hanya habis untuk mencari figur, ada baiknya platform pilpres mulai diberi tempat yang sama pentingnya mulai sekarang. Pada tahap ini, partai-partai atau koalisinya dituntut menyiapkan platform pilpres sebagai bahan bagi capres-cawapres yang diusung.
"Jangan sampai platform pilpres hanya menjadi komoditas elit yang selama ini eksklusif tanpa publik tahu apa yang menjadi materi utamanya," katanya.