Ahad 26 Jun 2022 21:27 WIB

Wamenkes: Peningkatan Jumlah Penderita Diabetes Dapat Dicegah

peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Wamenkes: Peningkatan Jumlah Penderita Diabetes Dapat Dicegah (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika.
Wamenkes: Peningkatan Jumlah Penderita Diabetes Dapat Dicegah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi diabetes terus meningkat karena banyaknya kasus yang tidak terdiagnosis.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 1, prevalensi diabetes telah meningkat sebanyak 10,9 persen pada 2018. International Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat, dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021.

Baca Juga

Jumlah ini membawa Indonesia naik ke peringkat kelima, dari peringkat ketujuh pada 2019, dalam daftar negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak di dunia. Jika tidak ada intervensi, angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan dapat mencapai 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer.

Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang melakukan berbagai upaya transformatif dan memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer.

"Kami akan melakukan screening gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100 persen sasaran tercapai pada 2024," kata Dante dalam keterangan Ahad (26/6/2022).

Dante menambahkan, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan juga merupakan bagian dari rencana Kemenkes untuk mencegah diabetes. Oleh karenanya, Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Kemenkes RI, Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) meluncurkan kurikulum pelatihan penanganan diabetes terakreditasi untuk tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.

"Saya sangat mengapresiasi kerja sama bilateral dengan pemerintah Denmark dan juga Novo Nordisk Indonesia yang telah berkolaborasi dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (PKP), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dalam penyusunan modul pelatihan komprehensif untuk dokter umum di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP),” ujar Dante.

Direktur (Plt.) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dr. Elvieda Sariwati, M.Epid mengatakan, sekitar 74 persen pengeluaran pasien diabetes adalah untuk menangani komplikasi, bukan untuk obat-obatan.

"Untuk memastikan pengidap diabetes dapat mencapai target glikemik dan menghindari komplikasi, kami memerlukan kontribusi dari semua tingkatan layanan kesehatan,“ jelasnya.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen menyatakan sangat mendukung pemerintah Indonesia dalam program ini. Kerjasama ini sejalan seperti yang tertulis dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan.

"Kami sangat mendukung pemerintah Indonesia. Melalui kesepakatan tersebut, yang ditandatangani tahun lalu, kami akan mendukung segala upaya tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dalam perawatan diabetes, yang pada akhirnya diharapkan akan menurunkan angka komplikasi yang disebabkan oleh diabetes," tuturnya.

Baca juga : Peneliti Kembangkan Obat yang Berpotensi Cegah Diabetes Tipe 1

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement