REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur (Plt.) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dr. Elvieda Sariwati, M.Epid mengatakan, sekitar 74 persen pengeluaran pasien diabetes adalah untuk menangani komplikasi. Bukan untuk obat-obatan.
"Untuk memastikan pengidap diabetes dapat mencapai target glikemik dan menghindari komplikasi, kami memerlukan kontribusi dari semua tingkatan layanan kesehatan,“ jelasnya, dalam keterangan, Ahad (26/6/2022).
Menyadari hal tersebut, menjadi penting untuk menyediakan program pelatihan manajemen diabetes yang terakreditasi dengan kurikulum yang terstandarisasi.
Novo Nordisk Indonesia bekerja sama dengan Kemenkes RI, Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) meluncurkan kurikulum pelatihan penanganan diabetes terakreditasi untuk tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.
Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI drg. Arianti Anaya, MKM mengatakan, dengan adanya pelatihan yang dilakukan oleh lembaga terakreditasi, akan menghasilkan lebih banyak tenaga kesehatan profesional yang mempunyai kemampuan untuk melakukan diagnosa dan mengontrol diabetes.
“Saya mencanangkan kurikulum pengelolaan diabetes melitus tipe-2 sebagai kurikulum berstandar nasional. Kurikulum ini akan dapat dimanfaatkan oleh seluruh lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, khususnya bagi dokter umum yang mengelola diabetes mellitus di Puskesmas,” ujarnya.
Pada 2021, International Diabetes Federation (IDF) telah membagikan rekomendasi untuk melakukan capacity building bagi dokter umum di Puskemas untuk melakukan terapi insulin dan melakukan perawatan diabetes secara komprehensif untuk mendukung pasien dalam mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi. Pelatihan yang dilaksanakan akan diintegrasikan ke seluruh tingkatan layanan kesehatan.
Dokter spesialis endokrin di fasilitas perawatan tersier akan berpartisipasi dalam training-of-trainers (ToT) program untuk melatih internis. Sementara itu, internis di tingkat sekunder, juga akan berpartisipasi dalam program ToT untuk melatih dokter umum di tingkat dasar.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen menyatakan sangat mendukung pemerintah Indonesia dalam program ini. Kerjasama ini sejalan seperti yang tertulis dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan.
Ia mengatakan, modul dan pelatihan yang dilaksanakan merupakan bagian dari implementasi G2G MoU dalam bidang kesehatan antara pemerintah Indonesia dan Denmark. “Kami sangat senang bahwa modul dan pelatihan akan diimplementasikan untuk memperkuat tata kelola kesehatan masyarakat Indonesia dan memberikan akses perawatan yang terjangkau kepada pengidap diabetes,“ ujar Lars Bo Larsen.
Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty menambahkan, program peningkatan dan penguatan kompetensi tenaga kesehatan juga sejalan dengan Strategi Kesehatan Nasional 2021-2024. Khususnya pilar Transformasi Layanan Primer, yaitu, edukasi masyarakat, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan peningkatan kapasitas serta kapabilitas layanan primer.
Baca juga : Peneliti Kembangkan Obat yang Berpotensi Cegah Diabetes Tipe 1
"Secara global, tujuan kami adalah mendorong perubahan dalam diabetes," kata dia.
Oleh karena itu, Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan diabetes di Indonesia dan memutuskan bermitra dengan Kementerian Kesehatan RI, Kedutaan Besar Denmark, dan PERKENI untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai diabetes. Serta menyediakan akses dan penanganan yang lebih baik dan lebih dekat kepada pasien.
"Pelatihan tenaga kesehatan adalah elemen penting dari komitmen kami, yang akan ditingkatkan dengan kolaborasi ini. Dengan komitmen dan kolaborasi bersama, kita akan dapat meningkatkan taraf hidup penderita diabetes,” tuturnya.