REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman bersama Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Sleman. Hal itu dilakukan dalam rangka menekan penyebaran virus PMK di Kabupaten Sleman.
Salah satunya di Padukuhan Srunen, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan. Ada 3.100 dosis vaksin PMK yang diberikan pada tahap pertama. Bupati Sleman, Kustini Purnomo mengungkapkan, saat ini kurang lebih 2.000 kasus PMK di Sleman.
Lalu, ada 11 kematian dari kasus PMK di Sleman. Ia berharap, peluncuran vaksin ini sangat mendukung pencegahan penularan PMK. Sesuai dengan arahan Kementerian Pertanian, kata Kustini, vaksin akan diprioritaskan untuk komoditas sapi perah.
"Kita berharap, dengan pemberian vaksin PMK ini benar-benar dapat menghentikan penyebaran virus PMK pada ternak di wilayah Sleman," kata Kustini, Ahad (26/6/2022).
Ia menekankan, Pemkab Sleman memberi perhatian besar pencegahan PMK kepada hewan ternak. Untuk memberi respon cepat penanganan PMK, Sleman telah membentuk Satuan Tugas Unit Respons Cepat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku.
Hal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati Sleman Nomor 33.3/Kep.KDH/A/2022. Melalui kehadiran satgas ini, Kustini berharap, dapat merespon dengan cepat sekaligus tepat ke setiap kejadian dan laporan dari masyarakat terkait PMK.
"Dengan adanya satgas ini akan memudahkan koordinasi lintas sektor dalam upaya-upaya pencegahan dan pengendalian PMK," ujar Kustini.
Direktur Pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Nursapto Hidayat menuturkan, pelaksanaan vaksinasi pada tahap pertama ini harus selesai pada 5 Juli 2022 nanti. Penerapan vaksinasi ini akan seperti vaksin Covid-19.
Artinya, lanjut Nursapto, vaksinasi untuk PMK ini akan pula diberikan sampai tiga kali tahapan. Ia membenarkan, untuk vaksinasi PMK saat ini memang masih akan diberi prioritas untuk sapi perah karena memiliki masa hidup lebih lama.
Maka itu, dibandingkan sapi potong atau hewan ternak lain, hewan ternak menjadi prioritas. Selain itu, Nursapto merasa, sapi perah untuk penghasilan sifatnya harian, dan kebanyakan peternakan sapi perah ini memakai dana bank atau KUR.
"Kalau mau pakai obat-obatan (tradisional) seperti jamu juga boleh, gula merah, kecap dan telur tiga butir," kata Nursapto.