Rabu 22 Jun 2022 22:19 WIB

Antara Stasiun Rajapolah, Kerajinan Tangan, dan Potensi Ekonomi Tasikmalaya

Dengan adanya naik turun penumpang di stasiun kereta industri kreatif akan berkembang

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya ingin mendorong Stasiun Rajapolah di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi tempat naik turun penumpang kereta api. Upaya itu dilakukan untuk meningkatkan industri kreatif di daerah itu.
Foto: istimewa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya ingin mendorong Stasiun Rajapolah di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi tempat naik turun penumpang kereta api. Upaya itu dilakukan untuk meningkatkan industri kreatif di daerah itu.

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya ingin mendorong Stasiun Rajapolah di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi tempat naik turun penumpang kereta api. Upaya itu dilakukan untuk meningkatkan industri kreatif di daerah itu.

Wakil Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, mengatakan, Kecamatan Rajapolah merupakan salah satu pusat kerajinan tangan di Kabupaten Tasikmalaya. Pusat kerajinan yang berada di Kecamatan Rajapolah terletak dekat dengan Stasiun Rajapolah."Namun di stasiun itu (Rajapolah), kereta tak berhenti," kata dia, akhir pekan lalu, Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga

Ia ingin agar kereta yang melintas dapat berhenti di stasiun itu, sehingga penumpang bisa naik turun di Stasiun Rajapolah. Dengan adanya aktivitas naik turun penumpang kereta di stasiun itu, Cecep menilai, kawasan industri kreatif di Kecamatan Rajapolah dapat berkembang."Kami ingin di sana, kereta bisa berhenti sekitar 10 menit, supaya penumpang bisa naik turun di kawasan itu," kata dia.

Keinginan Pemkab Tasikmalaya itu disebut telah disampaikan kepada Menteri Perhubungan. Diharapkan, keinginan menjadikan Stasiun Rajapolah menjadi tempat pemberhentian kereta api itu dapat segera terealisasi."Ini salah satu ikhtiar kamu untuk meningkatkan pemasaran UMKM," kata Cecep.

Manajer Hubungan Masyarakat (Humas) PT KAI Daerah Operasinal (Daop) 2 Bandung, Kuswardoyo,  mengatakan, terdapat beberapa hal yang membuat kereta berhenti di sebuah stasiun, antara lain  pemeriksaan rangkaian, persilangan, dan okupansi penumpang. Menurut dia, sementara ini okupansi penumpang di Stasiun Rajapolah masih belum cukup banyak. Alhasil, tidak semua perjalnan kereta api (KA) berhenti di stasiun itu.

"Karena setiap KA berhenti di sebuah stasiun akan berpengaruh terhadap perjalnan KA lainnya dan menambah waktu perjalnannya, dan biaya operasional KA tersebut," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Senin (20/6/2022) malam.

Kendati demikian, Kuswardoyo menambahkan, PT KAI juga dapat mempertimbangkan keinginan Pemkab Tasikmalaya apabila potensi industri kerajinan di Kecamatan Rajapolah dapat terdongkrak dengan adanya kereta yang berhenti di Stasiun Rajapolah. Sebab, menurut dia, PT KAI juga sangat mendukung potensi pengembangan usaha di suatu daerah, dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk kelancaran operasional KA itu sendiri."Tentunya nanti kalau memang potensial, bisa kita bahas bersama, karena tentunya," ujar dia.

Republika mencoba mengunjungi Stasiun Rajapolah pada Selasa (21/6/2022) siang. Ketika itu, KA Pasundan melintas dari arah barat menuju timur. Namun kereta dengan rute Kiaracondong-Surabaya Gubeng itu tak berhenti di Stasiun Rajapolah.

Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas stasiun, seluruh KA yang melintas tempat itu tak ada yang berhenti untuk naik turun penumpang di Stasiun Rajapolah. Hanya ada KA Serayu yang biasa berhenti di stasiun itu pada sekitar pukul 03.00 WIB. Namun, KA itu berhenti hanya untuk menunggu KA lain melinta atau persilangan, bukan untuk naik turun penumpang.

Stasiun Rajapolah merupakan stasiun kecil apabila dibandingkan stasiun lainnya yang terdapat di pusat kota. Stasiun itu berada di ketinggian 459 meter di atas permuakaan laut. Sementara lokasinya terletak di antara dua stasiun kecil lainnya, yaitu Stasiun Ciawi di arah barat dan Stasiun Indihiang di arah timur.

Meski begitu, lokasi stasiun itu cukup strategis lantaran berada di dekat pusat kerajinan Kecamatan Rajapolah. Di sekitar stasiun, terdapat banyak toko yang menjual berbagai macam kerajinan tangan khas Tasikmalaya seperti keranjang, tikar, mendong, dan lain sebagainya. Sementara lokasi Pusat Kerajinan Rajapolah hanya berjarak sekitar 400 meter dari stasiun itu. Atas dasar lokasi yang strategis itulah, Pemkab Tasikmalaya ingin menjadikan Stasiun Rajapolah sebagai tempat naik turun penumpang kereta api agar bisa mendongkrak potensi UMKM di daerah tersebut.

Salah seorang pegawai toko kerajinan di Pusat Kerajinan Rajapolah, Haris (50 tahun) mengatakan, kerajinan yang dijual di Kecamatan Rajapolah berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Tasikmalaya. Bahkan, terdapat kerajinan dari luar Tasikmalaya yang juga dijual di tempat itu.

"Ada beberapa produk lokal, seperti kerajinan dari pandan, ada juga mendong, aneka bambu dari Singaparna, sapu dan lainnya. Ada juga banyak produk luar. Tapi mayoritas asli Tasikmalaya," kata Haris kepada Republika, Selasa.

Ia menjelaskan, Kecamatan Rajapolah memang merupakan tempat penjualan berbagai kerajinan khas Tasikmalaya. Namun, pembuatan kerajinan itu tak seluruhnya dilakukan di wilayah itu, melainkan dari berbagai wilayah lainnya di Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut dia, harga bernagai jenis produk kerajinan di daerah itu bervariasi, mulai Rp 5 ribu hingga jutaan rupiah. Pembelinya pun selalu ramai, terutama setiap akhir pekan ketika kendaraan yang melintas wilayah itu dalam kondisi ramai."Biasa kalau akhir pekan penuh. Apalagi sebelum Covid. Tapi, semenjak Covid-19, lumpuh," ujar Haris.

Dengan adanya keinginan Pemkab Tasikmalaya yang hendak menjadikan Stasiun Rajapolah sebagai tempat pemberhentian dan naik turun penumpang KA, Haris mengaku sangat mendukungnya. Ia menilai, keinginan Pemkab Tasikmalaya itu dapat meningkatkan penjualan di Pusat Kerajinan Rajapolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement