Rabu 22 Jun 2022 13:45 WIB

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Karhutla di Sebagian Wilayah NTT

Sebagian besar wilayah NTT berada pada kategori sangat mudah terjadi karhutla

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Sebagian besar wilayah NTT berada pada kategori sangat mudah terjadi karhutla. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Sebagian besar wilayah NTT berada pada kategori sangat mudah terjadi karhutla. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Sebagian besar wilayah NTT berada pada kategori sangat mudah atau kategori merah terjadinya karhutla," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang BMKG Agung Sudiono Abadi ketika dihubungi di Kupang, Rabu (22/6/2022).

Baca Juga

Peringatan dini kebakaran hutan dan lahan di wilayah NTT berlaku pada 22 Juni 2022. Sejumlah daerah dengan kategori sangat mudah terjadinya karhutla di antaranya Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua. Selain itu Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai Barat, Sumba Timur, dan Sumba Tengah.

Di berbagai daerah itu kondisi alang-alang dan dedaunan yang biasanya menutup lantai hutan dalam kondisi sangat kering sehingga mudah terbakar. Dengan demikian ketika ada aktivitas warga yang memicu kemunculan titik api, maka akan sangat rawan menimbulkan karhutla yang dapat meluas dengan cepat.

Agung mengatakan kemunculan titik api umumnya akibat aktivitas warga baik disengaja maupun tidak disengaja seperti membuka lahan pertanian atau perkebunan dengan cara membakar. Selain itu, kebakaran dapat terjadi dari tindakan membuang puntung rokok sembarangan di area terbuka yang terdapat tumpukan rumput atau dedaunan kering yang mudah tersulut api.

Ia mengimbau warga agar mewaspadai atau mencegah terjadinya karhutla ini karena saat ini wilayah NTT juga sedang dilanda angin kencang. "Angin kencang yang bersifat kering di saat musim kemarau membuat karhutla mudah terjadi dan lebih sulit untuk ditangani," kata Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement