Jumat 17 Jun 2022 19:16 WIB

Lansia Mandiri Merupakan Bonus Demografi

Dibutuhkan perencanaan dan program kebijakan mengenai kesejahteraan lansia

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Lansia. Kepala BKKBN , Hasto Wardoyo, menyebutkan dalam, fenomena penuaan penduduk ini dapat dimanfaatkan sebagai bonus demografi.
Foto: pixabay
Ilustrasi Lansia. Kepala BKKBN , Hasto Wardoyo, menyebutkan dalam, fenomena penuaan penduduk ini dapat dimanfaatkan sebagai bonus demografi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BKKBN , Hasto Wardoyo, menyebutkan dalam, fenomena penuaan penduduk ini dapat dimanfaatkan sebagai bonus demografi. Artinya, kelompok lanjut usia (lansia) dipandang sebagai kontributor pembangunan apabila lansia memiliki produktivitas demi diri sendiri dan masyarakat.

"Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan dan program kebijakan mengenai kesejahteraan lansia misalnya sistem perawatan kesehatan, pensiun, dan perlindungan sosial kemasyarakatan", kata Hasto, Jumat (17/6/2022).

Baca Juga

Ia pun berharap lansia tetap aktif mengikuti kegiatan di masyarakat atau komunitas sehingga lansia tetap bersosialisasi sehingga mengurangi emptyness syndrome (kesepian). Salah satu program yang dikembangkan oleh BKKBN terkait pembinaan keluarga yang mempunyai lansia atau lansia itu sendiri adalah kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku/ keterampilan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia.

"BKL sangat bermanfaat bagi keluarga sehingga dapat tetap mengembangkan potensi lansia, tambah Hasto.

Dalam upaya pemanfaatan teknologi informasi, BKKBN mengembangkan aplikasi Go Lansia Tangguh (GOLANTANG) yang berisi rubrik yang bermanfaat dan menarik bagi lansia, caregiver dan keluarga lansia tentang cara merawat dan mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, dan bermartabat. GOLANTANG berisi informasi mengenai kesehatan lansia dan Covid-19, konsultasi berupa chat, games, video, kalkulator kesehatan seperti pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), Activities of Daily Living (ADL), Instrumental Activities of Daily Living (IADL), tingkat risiko jatuh, tingkat demensia, indeks kebahagiaan, indeks lansia tangguh, tingkat difabel, dan gangguan mental emosional.

"Oleh karena itu, silakan keluarga Lansia dan para Lansia dapat memanfaatkan aplikasi GOLANTANG yang dapat diunduh di playstore pada gawai maupun diakses pada website GOLANTANG," kata Hasto.

Menurut data BPS Tahun 2021, selama 50 tahun terakhir, persentase penduduk lansia di Indonesia meningkat dari 4,5 persen pada tahun 1971 menjadi sekitar 10,7 persen pada tahun 2020. Angka tersebut diproyeksi akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 19,9 persen pada tahun 2045.

Ada delapan provinsi yang telah memasuki struktur penduduk menua, yaitu persentase penduduk lanjut usia yang lebih besar dari sepuluh persen. Kedelapan provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (15,52 persen), Jawa Timur (14,53 persen), Jawa Tengah (14,17 persen), Sulawesi Utara (12,74 persen), Bali (12,71 persen), Sulawesi Selatan (11,24 persen), Lampung (10,22 persen), dan Jawa Barat (10,18 persen).

Menurut jenis kelamin, lansia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki, yaitu 52,32 persen berbanding 47,68 persen. Menurut tempat tinggalnya, lansia di perkotaan lebih banyak daripada di perdesaan, yaitu 53,75 persen berbanding 46,25 persen.

Terkait dengan kesehatan lansia, sebanyak 42,22 persen lansia pernah mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, separuh di antaranya (22,48 persen) terganggu aktivitasnya sehari-hari atau sakit. Sekitar 81,08 persen lansia mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialaminya dan 45,42 persen yang berobat jalan.

Mengingat kondisi kesehatan yang rentan terserang penyakit, lansia perlu berperilaku sehat seperti rajin berolah raga dan menghindari rokok. Akan tetapi, hampir satu dari empat (24,19 persen) lansia masih merokok dalam sebulan terakhir, di mana 22,10 persen di antaranya merokok setiap hari.

Terkait dengan ekonomi, sekitar satu dari dua (49,46 persen) lansia masih aktif bekerja. Lapangan usaha pertanian menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja lansia, yaitu sebesar 53,10 persen.

Sebanyak 86,02 persen lansia bekerja di sektor informal, yang menjadikannya rentan karena tidak memiliki perlindungan ketenagakerjaan, kontrak pekerjaan, maupun imbalan yang layak. Adapun dari sisi pendapatan, rata-rata penghasilan lansia bekerja sebesar 1,34 juta rupiah per bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement