REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak relawannya agar bersama-sama menjaga stabilitas sosial, politik, ekonomi, dan keamanan di dalam negeri. Menurutnya, jika terus menerus terjadi aksi demonstrasi, maka negara akan sulit untuk membangun.
"Ini penting sekali dalam rangka pembangunan. Kalau negara tidak stabil, dikit-dikit goyang dikit-dikit demo, ya kita akan kesulitan membangun negara ini," kata Jokowi di acara Silaturahmi Tim Tujuh Relawan Jokowi di E-Convention Ancol, Jakarta Utara, dikutip pada Ahad (12/6).
Jokowi mengatakan, saat ini pemerintah tengah bekerja keras menyelesaikan berbagai persoalan besar negara. Menurutnya, situasi yang dihadapi saat ini pun sangat sulit. Kondisi ini juga dihadapi oleh berbagai negara lainnya.
Ia pun menjelaskan, akibat pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir ini, Indonesia kehilangan anggaran hampir Rp 1.400 triliun. Melandainya kasus Covid-19 saat inipun akan dimanfaatkan untuk pemulihan ekonomi. Namun, di waktu yang sama juga terjadi perang antara Ukraina dan Rusia.
"Karena dua hal tadi, karena Covid kemudian karena perang menjadikan semuanya menjadi tidak pasti, menjadi tidak jelas," kata dia.
Akibatnya, terjadi lonjakan berbagai harga baik pangan maupun energi. Kondisi ini juga terjadi di berbagai negara lainnya. Meski demikian, Jokowi bersyukur karena pemerintah masih mampu mengendalikan kenaikan harga.
Ia pun kemudian membandingkan kenaikan harga BBM di dalam negeri dengan negara lainnya. Di Indonesia, harga pertalite masih Rp 7.650 dan harga pertamax Rp 12.500. Sementara di Amerika, harga BBM sudah mencapai Rp 19.400, bahkan di Singapura mencapai Rp 33 ribu.
"Bayangkan kalau pertalite jadi Rp 33 ribu, pasti demo semuanya, bener nggak? Oleh sebab itu, dengan sekuat tenaga, kita pertahankan harga ini," lanjut Jokowi.
Selain harga BBM, Jokowi juga menyebut harga beras di Indonesia masih terkendali, yakni rata-rata Rp 10 ribu. Sementara di Amerika, harga beras pun sudah mencapai Rp 52 ribu.
"Bayangkan kalau harga beras di sini menjadi Rp 52 ribu, demo setahun nggak rampung-rampung, bener nggak? Ini yang perlu saya sampaikan biar kita semuanya tahu. Oleh sebab itu, pertahankan harga beras supaya tidak naik, harga BBM juga tidak naik," jelasnya.
Meski demikian, lanjutnya, upaya pemerintah untuk mempertahankan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok ini pun berimbas pada beban APBN yang juga menjadi sangat berat. Bahkan, menurutnya, tak ada negara lain yang berani memberikan subsidi yang sangat besar kepada rakyatnya.
"Memang yang berat itu APBN, APBN menjadi berat karena subsidinya sekarang untuk BBM, pertalite, pertamax, solar, elpiji, subsidinya menjadi Rp 502 triliun. Gede sekali," kata dia.