Senin 06 Jun 2022 16:38 WIB

KIB, Antara Airlangga dan Capres dari Luar Koalisi

Golkar menegaskan akan mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres pada 2024.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bertumpu tangan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kanan) pada acara silaturahmi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru.
Foto:

Sebelumnya, peneliti sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi Kunto Adi Wibowo menilai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) harus mengusung tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi, jika ingin memenangkan kontestasi capres cawapres pada Pemilu 2024. Selain itu mereka juga harus bekerja keras karena waktu menuju pemilu yang begitu singkat.

"Kalau koalisi Indonesia Bersatu memang dibentuk untuk memenangkan Pemilu, maka dengan masa kampanye yang sangat singkat di 2024 yang kemungkinan hanya 75 hari, mau tidak mau mereka harus memilih tokoh yang mempunyai elektabilitas tinggi," kata dia, Senin (23/5/2022).

Adi menjelaskan, jika yang maju menjadi calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) adalah salah satu dari ketua umum partai koalisi, akan sangat susah untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas dalam 75 hari itu. Karena elektabilitas mereka kata Adi, hanya 10 persen atau sekitar dua digit.

"Jadi menurut saya para pimpinan parpol mau tidak mau harus merelakan untuk posisi capres cawapres diisi oleh mereka yang elektabilitasnya sudah tinggi," kata dia.

Namun tambahnya, jika KIB dibentuk untuk memuaskan ambisi personal para ketum yang ingin menjadi capres cawapres maka ceritanya akan berbeda. Sebelum lebih jauh, kata dia, para ketua umum (ketum) partai koalisi harus mengklarifikasi tujuan dibentuknya KIB terlebih dahulu.

"Jadi saya pikir tujuannya dulu yang harus diklarifikasi oleh para ketum partai yang menjadi anggota Koalisi Indonesia Bersatu ini, baru kita bisa berbicara tentang langkah-langkah dan prioritas yang harus diambil koalisi tersebut," jelasnya.

Adapun, pengamat politik Hendri Satrio, malah menduga pembentukan KIB adalah untuk menyelamatkan Ganjar Pranowo. Hendri menjelaskan alasan KIB bisa jadi dibuat untuk menyelamatkan Ganjar lantaran Ganjar diidolakan banyak kalangan dan saat ini belum memiliki kendaraan untuk maju pilpres 2024.

 

"Tapi kalau benar ini jadi koalisi penyelamat Ganjar, bebannya ada di Ganjar tuh. Berani nggak dia lawan kulitnya? Kulitnya kan PDI Perjuangan," ucapnya, Selasa (24/5/2022). 

Hendri menuturkan Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah bukan karena Ganjar sendiri, melainkan karena PDI-Perjuangan. Di Pilkada Jawa Tengah 2018 lalu, Ganjar menang atas inkumben Bibit Waluyo. Sewaktu kampanye Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga menegaskan bahwa calon gubernur yang diusung PDIP adalah Ganjar. 

"Akhirnya menang dia. Saya yakin juga mas Ganjar agak deg-degan juga tuh ninggalin PDIP. Seberapa loyal tuh ke PDIP," ungkapnya.

 

photo
Koalisi Indonesia Bersatu - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement