REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan mengharapkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas Partai Golkar, PAN, dan PPP dapat mengusung minimal tiga pasang calon dalam Pilpres 2024 untuk menghindari polarisasi.
"Oleh karena itu (untuk menghindari munculnya polarisasi), kami berharap di KIB, kita mendorong sekurang-kurangnya ada tiga calon pada Pilpres mendatang," kata Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan.
Menurut dia, berdasarkan sejarah pemilihan presiden di Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2019, keberadaan pasangan calon yang hanya berjumlah dua pasangan pada Pilpres 2014 dan 2019 merupakan awal timbulnya polarisasi di tengah masyarakat.
"Kami melihat bahwa salah satu penyebab polarisasi di tengah masyarakat kita adalah diselenggarakannya pilpres. Dulu di 2004, pilpres diikuti oleh lima calon, Indonesia aman, tidak ada soal. Tahun 2009 ada tiga calon, Indonesia aman, tidak ada soal. Tahun 2014 dua pasang dan 2019 dua pasang, itu mulai ada soal," kata Zulhas.
Oleh karena itu, ia menilai pada Pilpres 2024, minimal ada tiga pasang calon yang diusung oleh KIB. Lebih lanjut, ia menjelaskan, mengakhiri polarisasi merupakan semangat yang mendasari bersatunya Golkar, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam Koalisi Indonesia Bersatu.
"Kami melihat bahwa politik seharusnya menjadi jalan untuk mencapai kemaslahatan bersama, mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila, UUD NRI 1945, bukan justru mengkotak-kotakkan antara kawan dan lawan, membenturkan kami melawan mereka, serta saling menyerang," ujar dia.
Zulhas memandang masyarakat pun sudah merasa bosan dengan narasi perpecahan dan provokasi. Mereka, kata dia, justru mendambakan persatuan agar energi bangsa Indonesia ini bisa dicurahkan untuk pikiran-pikiran dan kerja nyata guna memajukan bangsa.
Pada kesempatan yang sama, ia menyampaikan bahwa bagi Koalisi Indonesia Bersatu, semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk diusung sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden.
Ia menyampaikan KIB harus menjadi pohon beringin yang rindang, yaitu tempat bernaung bagi siapa pun yang memiliki cinta dan keinginan untuk memajukan Indonesia, sebagaimana lambang Partai Golkar.
Lalu, KIB akan menyinarkan matahari yang selalu memberikan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan, sesuai spirit utama PAN. "Tentunya, dilandasi oleh akhlak politik yang dipandu dengan nilai-nilai agama yang disimbolkan lambang PPP sebagai baitullah," tambah dia.