Ahad 05 Jun 2022 14:52 WIB

Hadapi Pilpres, KIB Enggan Terjerat dengan Populisme

Koalisi harus membawa kecerdasan bagi masyarakat.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kanan) menandatangani nota kesepahaman dibentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada acara silaturahmi di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kanan) menandatangani nota kesepahaman dibentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada acara silaturahmi di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa mengatakan,  pihaknya bersama Partai Golkar dan PAN yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tak ingin kembali terjerat pada populisme di Pilpres mendatang.

KIB justru ingin menjadi gerbong awal yang membawa gagasan dan ide baru tentang bagaimana membangun bangsa ke depan.

Baca Juga

"Kami bertiga berkeyakinan hal itu tidak akan terjadi, kenapa karena kami menginginkan sesuatu yang baru, sesuatu yang baik bagi bangsa dalam melakukan demokrasi ke depan," kata Suharso dalam acara Silahturahmi Nasional KIB di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022) malam.

"Jadi demokrasi kita yang sudah-sudah, kita ingin mengembalikan. Kita tidak hanya terjerat dengan populisme. Kalau kita lihat di seluruh dunia sekarang sudah menurun, tetapi sekarang kita masih tetap seperti itu," tambahnya.

Suharso menekankan, karakteristik pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini tak lagi berdasarkan faktor kesukaan. Dia menilai, urgensivitas bangsa saat ini berada pada bagaimana permasalahan keterbelahan bisa dituntaskan dengan gagasan persatuan yang cerdas.

Maka, KIB yang digagas Golkar-PPP-PAN harus bisa membawa arah demokrasi yang baik di Tanah Air.

"Koalisi harus mencerdaskan kita semua dalam berdemokrasi. Selaras dengan itu, populisme bukan jadi penentu dalam menetukan pemimpin," kata Suharso.

Tak cuma itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas ini memastikan KIB harus mampu merespon dengan layak kecerdesan rakyat dalam berdemokrasi.

"Koalisi ini hadir dengan optmisme, supaya menjadi kecerdasan kolektif dan efektif untuk menciptakan kehidupan berkeadilan," katanya.

Sementara, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, bahwa KIB menaruh perhatian soal keterbelahan atau polarisasi di masyarakat akibat Pilpres sebelumnya.

Maka, kata Airlangga, terbentuknya KIB ini untuk menghilangkan polarisasi di Pilpres 2024, mendatang.

Saat ditanya apakah kemungkinan KIB akan menutup pintu bagi capres dari sosok yang pernah menggunakan isu politik identitas, Airlangga tak secara gamblang menjawab. Namun, ia menegaskan bahwa KIB memiliki tujuan utama yakni menghilangkan politik identitas di Pemilu 2024.

 

"Pertama kan tujuannya memang untuk menghilangkan politik identitas, jadi kita adalah koalisi nasionalis-religius baik yang muslim tradisional maupun muslim moderis. Jadi tentunya itu yang akan kita dorong dan itu pula kita menandatangani kesepahaman. Jadi Clear," kata Airlangga.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan juga mengatakan soal soliditas KIB ke depan. Ia menyadari soal adanya kemungkinan 'badai' yang menggoda soal koalisi ini.

Namun, ia meyakinan bahwa niat yang baik membangun koalisi akan bisa melewati tantangan tersebut.

"Kita ikhtiar, ikhtiar itu pandangannya baik positif. Kalau sudah baik posiitif niatnya bagus, saya kira batu karang bisa kita lewati," terang pria yang akrab disapa Zulhas itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement