REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan formula E di Ancol telah berjalan dengan sukses. Senator DPD asal Jawa Tengah DR Abdul Kholik yang ikut menonton pagelaran balapan itu mengakuinya. Tak hanya itu dia merasa heran ketika acara balapan mobil listrik ini bisa berjalan dengan mengabaikan terpasangnya iklan sponsor bir dan tak adanya selebrasi tenggak minuman sampanye ketika penyerahan trofi kepada pembalap yang naik ke podium kemenangan.
"Selamat untuk Pak Gubernur Anies Baswedan dan penyelenggara balapan Formula E. Kami memang di masa awal sempat ragu event besar ini bisa terselengara karena waktunya mepet dan begitu besar hambatan yang lain. Namun ternyata bisa sukses. Dan saya semakin heran ketika di formula E ini ternyata bisa diselenggarakan tanpa iklan bir dan selebrasi minum sampanye di podium juara. Keren benar ini,'' kata Abdul Kholik dalam wawancara di Jakarta (5/6).
Menurut Kholik tidak adanya iklan bir dan minum sampanye itu menandakan Anies punya tim lobi yang baik. Mereka bisa menyakinkan induk penyelenggara formula E agar memahami nilai-nilai budaya lokal dan menghormati keyakinan di tempat penyelenggaraan. "Tampaknya lobi ini berhasil. Iklan bir dan minum sampanye yang sempat diributkan publik sebelum balapan digelar, ternyata terbukti tak ada. Ini jelas lobi yang canggih."
Selain itu, lanjut Kholik melalui ajang balap itu juga ternyata telah menjadi ajang silaturahim tokoh dan elite politik nasional. Kesan ini sangat baik bagi masyarakat karena sampai kini sangat jelas tampak bahwa telah terjadi pembelahan yang akut. Isu dari perpecahan bangsa akibat persaingan politik bisa sedikit teredam.
"Kami haru melihat Presiden Jokowi, Ketua MPR Bambang Susatyo, Ketua DPR Puan Maharani, para menteri seperti Sandiaga Uno hadir di sana. Tampilnya mereka di formula E sangat melegakan. Mudahan-mudahan elit politik bisa meniru ajang ini bahwa sekeras apa pun persaingan mereka tetap bisa bertemu dan bercakap dengan baik. Bukan membawa kepada persoalan yang personal atau demi kepentingannya sendiri," ujarnya lagi.
Meski begitu, kata dia, untuk ke depan penyelenggaraan formula E harus terus dibenahi dan ditingkatkan. Hal ini misanya menjadikan ajang ini sebagai wahana untuk menampilkan kesenian daerah yang lain agar sifatnya tak Jakarta sentris. Misalnya, kesenian Jawa Tengah yang menjadi maskot sirkuit ini, yakni kuda lumping, ditampilkan.
"Nantinya kami harap Formula E bisa menjadi ajang Indonesia. Namun mengapa hal ini sekarang belum tampak, saya kira juga ada kaitannya dengan tidak adanya atau absennya BUMN memberikan sponsor. Maka semua pembiayaan harus ditanggung DKI sendirian. Sehingga kami faham nasibnya seperti anak tiri dengan anak kandung bila dibandingkan dengan penyelenggaraan balapan Mandalika yang penuh guyuran sponsor BUMN. Di masa depan hal seperti ini jangan lagi diulangi," kata Abdul Kholik.