Kamis 02 Jun 2022 14:19 WIB

Peluang Nasdem-Gerindra Berkoalisi Masih Sangat Terbuka

Pengamat politik menilai peluang Nasdem dan Gerindra berkoalisi masih sangat terbuka.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan). Pengamat politik menilai peluang Nasdem dan Gerindra berkoalisi masih sangat terbuka.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan). Pengamat politik menilai peluang Nasdem dan Gerindra berkoalisi masih sangat terbuka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menanggapi soal pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh kemarin. Menurutnya meski belum ada kesepakatan politik yang dicapai dalam pertemuan tersebut, namun peluang keduanya berkoalisi masih sangat terbuka.

"Iya peluangnya terbuka, sangat terbuka. Karena PDIP dan Gerindra juga kan belum tentu bisa nyatu," kata Adi kepada Republika, Kamis (2/6/2022).

Baca Juga

Adi menuturkan, sekalipun Gerindra dan PDIP diasumsikan memiliki hubungan yang mesra, namun keduanya belum tentu bisa berkoalisi. Sebab menurutnya baik PDIP maupun Gerindra akan sama-sama menempatkan kadernya sebagai calon presiden (capres).

"PDIP dan Gerindra diasumsikan ingin mengusung Prabowo-Puan, PDIP belum tentu mau. Karena perolehan pileg PDIP melampaui Gerindra, ya gak? Atau dibalik Puan-Prabowo, Gerindra belum tentu mau karena elektabilitas Prabowo lebih tinggi dari Puan, kan gitu," jelasnya.

Secara hitung-hitungan di atas kertas, jika Nasdem dan Gerindra berkoalisi maka sudah bisa melampaui ambang batas pencalonan presiden 20 persen. Hanya saja keduanya kini dihadapkan kerumitan dalam menentukan siapa capres yang akan diusung jika keduanya berkoalisi.

"Kalau dua partai ini mengusung, Nasdem itu menyorongkan duet antara Ganjar dan Anies, kan Paloh berapa kali ngomong gitu kan, menghindari polarisasi maka sangat ideal menduetkan Ganjar dengan Anies. Bisa saja misalnya Prabowo ini diminta sebagai king maker, itu kemungkinan opsi kedua" ucapnya.

"Opsi pertamanya mungkin begitu Prabowo tetep maju, siapa kira-kira yang bisa jadi tandem entah Ganjar atau Anies," imbuhnya.

Ia menambahkan, tak menutup kemungkinan Anies atau Ganjar ditempatkan sebagai cawapres mendampingi Prabowo. Namun hal itu sangat tergantung kesepakatan kedua partai.

"Ya tergantung kesepakatan dua partai ini karena dua partai ini lah yang punya kendaraan, hanya dua partai ini yang punya kendaraan jadi bisa lah dikomunikasikan dan dinegosiasikan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement