REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Konsultan tim pakar pembuatan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Prof Suprapto Maat menyebut, pembuatan vaksin membutuhkan waktu tiga bulan seperti target yang diberikan menteri pertanian (mentan). Vaksin tersebut akan diproduksi di Pusat Veteriner dan Farmasi (Pusvetma) Surabaya.
Ia mengakui, peralatan dan fasilitas pembuatan vaksin yang belum lengkap masih jadi kendala. "Untuk membuat vaksin PMK butuh perjuangan yang keras. Karena laboratorium yang saya tinggalkan sekarang sudah berantakan, istilahnya sudah enggak ada sama sekali," kata dia, Kamis (26/5/2022).
Lantaran laboratorium yang ditinggalkannya sudah berantakan, Suprapto menambahkan, pembuatan vaksin PMK akan memanfaatkan sarana yang ada. Kendati demikian, Suprapto meyakini, proses pembuatan vaksin yang ditarget selesai tiga bulan dapat diselesaikan dengan perjuangan serius.
"Karena Pak Menteri Pertanian sudah mengatakan bahwa tiga bulan sudah vaksin siap, kan begitu di tv, di hadapan DPR. Ya, kami harus berjuang. Jadi, dengan sarana yang ada, dengan alat yang ada kami kerja siang malam kalau perlu," ujar Suprapto.
Suprapto menceritakan, ia pernah menimba ilmu terkait pembuatan vaksin PMK di Australia pada 1977 dan di Inggris pada 1978. Pengalamannya tersebut yang menjadi bekal pengembangan vaksin PMK
Rencananya, sistem pembuatan vaksin PMK masih memakai sistem kuno atau seperti sistem pembuatan vaksin PMK pada 40 tahun lalu ketika Suprapto ikut dalam tim vaksin PMK pada 1980-an. Mereka akan membuat vaksin inaktif, vaksin virus yang dimatikan.
"InsyaAllah dengan adik-adik di Pusvetma yang masih muda-muda energik ini, saya kira bisa memenuhi apa yang dijanjikan Menteri Pertanian. Diharapkan 5 juta dosis vaksin bisa segera dibuat," kata dia.