REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung siap untuk menggeliatkan dan meningkatkan produksi mocaf atau tepung singkong di daerahnya guna mengurangi ketergantungan akan tepung terigu.
"Dampak sekunder atas adanya pemberhentian pengiriman gandum dari India, ataupun dari negara yang sedang konflik tentu mempengaruhi pasokan yang pasti akan berkurang. Ini jadi peluang kita untuk mengembangkan komoditas substitusi," ujar Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung, Kusnardi, di Bandarlampung, Rabu (25/5/2022).
Kusnardi mengatakan, pengembangan komoditas substitusi yang dapat dilakukan di provinsi tersebut yaitu mengembangkan dan menambah produksi mocaf. "Lampung ini penghasil singkong yang cukup banyak, bahkan 95 persen diolah jadi tapioka. Ini saat yang tepat untuk mengelola potensi itu, agar ada keberagaman dan mengurangi ketergantungan akan tepung terigu," katanya.
Menurutnya, untuk mengimplementasikan hal itu Lampung siap untuk meningkatkan produksi mocaf yang tengah terus dikembangkan di daerahnya. "Kita giatkan lagi produksi mocaf ini melalui pengembangan industri kecil menengah (IKM) ataupun kelompok wanita tani (KWT). Sebab kualitas dan rasa dari produk olahan mocaf bisa setara dengan olahan tepung terigu," ujarnya.
Selain itu, akan ditingkatkan pula produksi ubi kayu sebagai bahan utama dari pembuatan mocaf di Lampung.
"Produksi petani akan di tingkatkan, lalu petani melalui KWT bisa belajar mengolah ubi kayu jadi mocaf, dan IKM nanti yang mengolah jadi produk makanan seperti jajanan tradisional ataupun kue kering," kata Kusnardi.
Lampung sebagai salah satu daerah penghasil ubi kayu memiliki luasan lahan singkong mencapai 366.830 hektar. Lahan ubi kayu terbesar di Lampung itu berada di Lampung Tengah dengan luas mencapai 121.000 hektare, lalu diikuti dengan Lampung Utara 53.994 hektare, dan Lampung Timur seluas 49.000 hektare.