Sebelumnya, Ketua Harian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jatim, Bambang Haryo Soekartono juga mengkritisi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang menghapus penjualan tiket langsung di pelabuhan dan menggantinya dengan penjualan online melalui aplikasi Ferizy. Bambang menilai langkah tersebut salah kaprah dan justru mempersulit masyarakat pengguna angkutan penyeberangan.
Bambang menjelaskan, untuk memesan tiket online dari smartphone rata-rata calon penumpang mengaku menemui kesulitan. Sebab, fitur dari aplikasi Ferizy dirasanya jauh dari standar kelayakan. Selain itu, sekitar 70 persen pengguna angkutan penyeberangan adalah masyarakat menengah ke bawah yang gagap teknologi.
"Banyak keluhan masyarakat yang kesulitan menggunakan aplikasi tersebut untuk mendapatkan tiket, sehingga akhirnya mereka harus membayar calo untuk mengakses aplikasi tersebut," kata Bambang.
Bambang pun mengungkapkan munculnya banyak calo yang bertebaran di lintasan penyeberangan, baik itu di sekitar Pelabuhan Merak-Bakauheni maupun Pelabuhan Ketapang-Gili Manuk. Biaya yang harus dikeluarkan calon penumpang untuk mendapatkan tiket melalui calo itu pun menjadi mahal.
"Misalnya tiket sepeda motor dari Rp 54 ribu dijual Rp 65 ribu. Sementara tiket penumpang bengkak dari Rp 19.500 menjadi Rp 25 ribu dengan bantuan calo-calo yang tumbuh subur," ujar Bambang.