REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Organisasi perempuan terbesar di Indonesia, 'Aisyiyah, sudah memasuki abad kedua. Di usianya yang sudah 105 tahun, organisasi ini tetap bergerak dalam menjalankan misi dakwahnya.
'Aisyiyah pun menggelar tasyakur milad ke-105 dan halal bihalal secara hybrid yakni daring dan luring, Kamis (19/5). Di milad 'Aisyiyah yang ke-105 pada 2022 ini, diusung tema "Sukses Muktamar ke 48: Perempuan Mengusung Peradaban Utama".
Ketua Umum PP 'Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, melalui tema ini 'Aisyiyah bermaksud meneguhkan dan mendorong perempuan untuk membangun peradaban utama secara kolektif. Milad kali ini juga dalam rangka mensyiarkan penyelenggaraan muktamar yang akan dilaksanakan pada November 2022.
"Keduanya terangkai menjadi komitmen 'Aisyiyah dalam mendinamisasi gerakannya yang semakin unggul dan meluas dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta," kata Noordjannah.
Noordjannah menyebut, milad sendiri memiliki arti penting yakni mensyukuri nikmat Allah atas perjalanan panjang melintas zaman 'Aisyiyah. Terutama dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mencerahkan kehidupan.
Milad, menurut dia, juga menjadi momentum penting melakukan refleksi rohani dan pemikiran atas usaha-usaha yang dilakukan 'Aisyiyah selama ini. Untuk itu, Noordjannah mengajak seluruh kader 'Aisyiyah untuk kembali merenungkan hakikat, spirit, misi dan kiprah pergerakan 'Aisyiyah dalam perjalanan sejarah perjuangannya yang sudah memasuki abad kedua.
"Aisyiyah adalah gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya," ujarnya.
Noordjannah juga mengajak agar di milad kali ini seluruh kader 'Aisyiyah mewujudkan nilai-nilai takwa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, maupun hubungan kemanusiaan semesta. Termasuk, menjalin silaturahmi dan mewujudkan ketakwaan yang berkualitas di lingkungan 'Aisyiyah, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat bawah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir juga mengapresiasi 'Aisyiyah dalam segala gerakan yang sudah dijalankan organisasi perempuan Islam tersebut. Haedar berharap agar 'Aisyiyah terus bergerak untuk memajukan umat dan bangsa.
"Mudah-mudahan dengan milad ini akan terus mencerdaskan, mencerahkan dan memajukan gerakan 'Aisyiyah untuk umat, bangsa dan rahmatan lil alamin bagi semesta," kata Haedar.
Setidaknya, kata Haedar, ada tiga hal yang membuat 'Aisyiyah patut mendapatkan apresiasi yang tinggi. Pertama, 'Aisyiyah telah menggerakkan seluruh sendi kehidupan umat dan masyarakat luas untuk menjadi masyarakat yang maju, berkarya, amal usaha yang mencerdaskan dan mencerahkan, serta membangun kebersamaan dan persatuan.
Kedua, kata dia, 'Aisyiyah merupakan organisasi pelopor gerakan inklusif dalam percaturan dan panggung nasional. Baik dalam konteks keumatan, kebangsaan maupun kemanusiaan universal.
"Ketika gerakan-gerakan perempuan lain masih berkutat berbicara tentang dirinya dari perempuan untuk perempuan. 'Aisyiyah selain berbicara tentang perempuan untuk perempuan, tapi melampaui dari itu yakni perempuan untuk semua. Ini karakter inklusif dari Aisyiyah yang menjadi DNA sejak kelahirannya hingga saat ini dan kedepan," ujar Haedar.
Ketiga, apresiasi kepada 'Aisyiyah dikarenakan menjadi pelopor gerakan perempuan Islam berkemajuan yang rahmatan lil alamin. Menurut Haedar, karakter gerakan perempuan Islam melekat dan menyatu bukan hanya dalam jiwa dan alam pikiran 'Aisyiyah, tetapi teraktualisasi dalam seluruh gerakan amal usahanya.
"Sampai ke pelosok-pelosok jauh bahkan mancanegara, 'Aisyiyah berkiprah nyata untuk membangun bangsa dan umat alam semesta. Sekarang tentu bagaimana 'Aisyiyah menjadikan karakter gerakan perempuan Islam berkemajuan ini sebagai identitas kolektif dan sekaligus identitas organisasi yang disebarluaskan menjadi state of mind bagi masyarakat luas dan gerakan-gerakan perempuan yang berkarakter keberagamaan," ujarnya.
Dalam acara tasyakur milad ke-105 'Aisyiyah dan halal bihalal ini, juga menghadirkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi. Retno juga menyampaikan apresiasinya kepada 'Aisyiyah.
Menurut Retno, 'Aisyiyah maupun Muhammadiyah sudah banyak melakukan kerja sama dalam sejarah perjalanan politik luar negeri Republik Indonesia. Kerja sama ini dilakukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dunia internasional.
"Selamat milad 'Aisyiyah ke-150 dan dalam sejarah perjalanan politik luar negeri kita, kita banyak sekali melakukan kerja sama baik dengan 'Aisyiyah maupun dengan Muhammadiyah dalam berbagai isu, dan harapan saya kedepan kerja sama ini dapat terus kita perkuat," kata Retno.