Rabu 18 May 2022 08:19 WIB

Pelonggaran Masker Jadi Tanda Transisi Pandemi ke Endemi di Indonesia Dimulai

Pelonggaran masker dan pencabutan kewajiban tes covid jadi program transisi endemi.

Pekerja melintas di pelican crossing kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo melonggarkan kebijakan aturan terkait pemakaian masker yakni memperbolehkan tidak mengenakan masker di luar ruangan apabila tidak dalam kondisi kerumunan, hal tersebut menyusul kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini terkendali. Republika/Thoudy Badai
Foto:

 

Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, menyambut baik keputusan pemerintah yang melonggarkan aturan keharusan bermasker di ruang terbuka. Namun, ia mengimbau masyarakat untuk tetap memakai masker saat beraktivitas di dalam ruangan.

"Karena potensi di ruang tertutup itu penyebarannya masih ada saya kira kewajiban di ruang tertutup yang ber-AC, di ruang ber-AC harus saling kita jaga, harus saling mengingatkan kembali sampai ada keputusan dari pemerintah sampai benar-benar mengizinkan tidak bermasker," kata Rahmad kepada Republika, Selasa.

Ia meyakini keputusan pemerintah tersebut didasarkan masukan ilmuwan. Apalagi, sejumlah negara juga ada yang sudah tidak mewajibkan pemakaian masker.

"Banyak negara juga diterapkan di ruang publik tidak wajib bermasker tapi di ruang tetutup terutama di ruang ber-AC ya masih diwajibkan bermasker karena sirkulasi udara juga terbatas hanya berputar-putar di ruangan sehingga potensi untuk proses penyebaran virurs itu tetap masih ada," ujarnya.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman meminta pemerintah tetap berhati-hati dengan kebijakan pemakaian masker. 

Baca juga : Wagub Riza: DKI Segera Menyesuaikan Kebijakan Soal Masker

"Harus sangat hati-hati ya. terutama dalam menarasikan ini dalam artian jangan sampai membangun euforia atau percaya diri yang berlebihan yang akhirnya membuat kita abai dan nantinya akan merugikan kita sendiri," kata Dicky kepada Republika, Selasa.

Menurut Dicky, masker adalah satu perilaku yang selain mudah murah juga efektif dalam mencegah penularan penyakit yang ditularkan oleh udara, seperti halnya Covid-19. Apalagi, bila penggunaan masker dikombinasikan akselerasi atau peningkatan cakupan vaksinasi menjadi suatu kombinasi yang sangat signifikan berkontribusi dalam memperbaiki situasi pandemi.

"Dengan menggunakan masker itu menurunkan potensi penularan yang kita tahu itu terjadi terutama karena main mouth of transmition dari Covid-19 itu lewat udara," kata Dicky.

Menurutnya, kebijakan pemerintah yang tetap mengimbau penggunaan masker di dalam ruangan adalah pilihan yang tepat. Sebab, cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga di Indonesia belum mencapai 50 persen.

"Kita harus bijak dan tidak terburu-buru. Saya sependapat dengan sikap presiden sebelumnya di mana kita akan bertahap. Karena kita ada masa transisi sampai 6 bulan," ujarnya.

Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini menurut Dicky, memang jauh lebih baik dan aman. Namun, alangkah baiknya, pemerintah tidak terlalu cepat berlakukan pelonggaran protokol kesehatan, karena hal itu berisiko terlalu besar menimbulkan lonjakan kasus.

Dicky pun memberikan contoh di negara-negara yang sudah melonggarkan aturan pemakaian masker umumnya telah memiliki cakupan vaksinasi dosis tiga atau booster lebih dari 70 persen.

Baca juga : Sholat Jamaah Bebas Masker, Dradjad: MUI Jangan Kebablasan

"Katakanlah Australia mulai melakukan pelonggaran tidak memakai masker di luar ruangan, itu juga karena cakupan dosis 3 dan vaksinasi sudah di atas 70 persen. Sedangkan Indonesia kan belum. Jadi saya kira ini harus berhati-hati, terutama melihat situasi setempat," tegasnya.

 

photo
Tiga Skenario Pandemi Menuju Endemi - (infografis republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement