Ahad 15 May 2022 12:32 WIB

Survei: PDIP-Gerindra Unggul, Golkar Turun ke Lima Besar

Elektabilitas Golkar biasanya di tiga besar.

 Survei: PDIP-Gerindra Unggul, Golkar Turun ke Lima Besar. Foto:  Bendera partai politik (ilustrasi)
Foto: PDK.OR.ID
Survei: PDIP-Gerindra Unggul, Golkar Turun ke Lima Besar. Foto: Bendera partai politik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Papan atas elektabilitas partai politik masih dipimpin oleh dua partai utama pemerintah, yaitu PDIP dan Gerindra. Temuan survei yang dilakukan INDOMETER menunjukkan PDIP masih unggul dengan elektabilitas mencapai 18,4 persen, diikuti Gerindra 12,2 persen. 

Golkar yang biasanya di peringkat tiga atau empat kini melorot ke lima besar, dengan elektabilitas 5,6 persen.

Baca Juga

“Elektabilitas PDIP-Gerindra unggul, sedangkan Golkar terlempar ke lima besar,” ungkap Direktur Eksekutif lembaga survei INDOMETER Leonard SB dalam keterangan tertulis kepada pers di Jakarta, pada Ahad (15/5/2022).

Peringkat ketiga diduduki oleh PKB (8,1 persen), disusul Demokrat (5,8 persen).

Dibandingkan dengan PDIP dan Gerindra, atau bahkan PKB, anjloknya elektabilitas Golkar sebagai bagian dari koalisi pemerintah patut menjadi perhatian. Selama ini Golkar selalu berada di pemerintahan, dan tiap pemilu menduduki peringkat pertama atau kedua. Pada pemilu 2019, Golkar tergeser ke peringkat ketiga, tetapi raihan kursi di DPR tetap kedua terbanyak.

“Turunnya elektabilitas Golkar berkorelasi dengan stagnannya ketua umum Airlangga Hartarto dalam bursa calon presiden,” kata Leonard.

Selama ini bursa capres dikuasai oleh nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, sementara elektabilitas Airlangga tertinggal jauh di papan bawah. Dibandingkan dengan Puan Maharani misalnya, nasib Airlangga dan Golkar masih tidak menentu. 

Sejak jauh-jauh hari PDIP dan Gerindra mewacanakan pasangan Prabowo-Puan untuk diusung pada Pilpres 2024 mendatang. Demikian pula dengan PKB yang menyodok ke peringkat ketiga, meskipun elektabilitas ketua umumnya Muhaimin Iskandar juga rendah.

“Jika ingin tetap mengusung Airlangga sebagai capres, Golkar harus menggandeng figur dengan elektabilitas tinggi, seperti Ganjar atau Anies,” kata Leonard.

Pilihan nama tersebut juga masih harus mempertimbangkan koalisi dengan partai-partai politik lain, mengingat adanya ketentuan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen.

Baru-baru ini Golkar mendorong koalisi dengan PAN dan PPP untuk membangun poros alternatif. Koalisi ini juga berencana menggalang sampai ke tingkat daerah, di tengah agenda pilkada serentak pada tahun yang sama dengan Pemilu 2024. 

"Publik masih menunggu, gagasan apa yang bakal diwacanakan, dan siapa figur yang diusung oleh koalisi tersebut,” kata Leonard.

Pada papan tengah lainnya terdapat Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan elektabilitas 5,2 persen, serta PKS (4,7 persen) dan Nasdem (4,2 persen). Berikutnya PPP (2,5 persen) dan PAN (1,8 persen), yang masih harus berjuang untuk bisa menembus parliamentary threshold sebesar 4 persen. Selain itu ada partai baru, Ummat (1,4 persen) dan Gelora (1,2 persen).

Pada papan bawah ada Perindo (0,8 persen), Hanura (0,6 persen), PBB (0,4 persen), PKPI (0,3 persen), dan Berkarya (0,1 persen). Garuda dan Masyumi Reborn nihil dukungan, dan partai-partai baru lainnya 0,9 persen, sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebesar 25,8 persen.

Survei INDOMETER dilakukan pada 20-27 April 2022 terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia, yang dipilih secara acak bertingkat survei (multistage random sampling).

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Margin of error survei sebesar ±2,98 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement