Rabu 11 May 2022 08:32 WIB

Normalisasi Sungai Greges Kurangi Potensi Genangan Air di Surabaya

Normalisasi SUngai Greges mengurangi potensi genangan air di Surabaya.

Pengendara motor menerjang banjir yang menggenangi Jalan Semarang di Surabaya, Jawa Timur. Normalisasi SUngai Greges mengurangi potensi genangan air di Surabaya.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Pengendara motor menerjang banjir yang menggenangi Jalan Semarang di Surabaya, Jawa Timur. Normalisasi SUngai Greges mengurangi potensi genangan air di Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Normalisasi aliran Sungai Greges di sepanjang wilayah Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Jatim, berpotensi dapat mengurangi potensi genangan saat hujan deras di kawasan perkampungan Kota Pahlawan.

Wakil Wali Kota Surabaya Armuji pada saat meninjau jalannya normalisasi Sungai Greges mengatakan, Selasa mengatakan normalisasi Sungai Greges yang dilakukan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Surabaya telah berjalan hampir satu bulan setengah atau dimulai sejak 2 April 2022 hingga saat ini.

Baca Juga

"Sampai saat ini normalisasi masih berjalan dengan sedimen yang berhasil dikeruk mencapai enam hingga sembilan dump truck setiap harinya," kata Armuji.

Menurut dia, untuk pembuangan sedimennya dilakukan di wilayah Sumberejo atau wilayah Surabaya bagian barat. "Teman-teman di DBMSDA Surabaya juga sudah ngebut melakukan normalisasi ini," ujar Armuji.

Armuji menyampaikan kepada jajaran Kecamatan Sawahan beserta perwakilan warga yang hadir saat normalisasi sungai agar senantiasa berpartisipasi dalam upaya-upaya menjaga kebersihan saluran.

"Terkadang juga ditemui kasur hanyut di aliran sungai, ini bagaimana? Artinya saluran sudah dialihkan fungsi nanti kalau airnya masuk rumah siapa yang diprotes?" kata dia.

Mengenai kapan selesainya kegiatan normalisasi sungai tersebut? Armuji menyampaikan, DBMSDA Surabaya akan mempercepat sehingga dapat beralih konsentrasi ke titik lainnya.

"Tidak hanya saluran yang terbuka, box culvert juga perlu diperhatikan dan dikontrol rutin sedimennya. Harus manual tidak bisa pakai backhoe (alat berat)," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement