Senin 09 May 2022 17:25 WIB

Pandemi Membaik: PPKM Diperpanjang, Tetapi Dilonggarkan

Kasus harian Covid sudah berada di bawah 1.000 kasus selama 25 hari berturut-turut.

Sejumlah warga bersalaman usai melaksanakan shalat Idul Fitri 1443 Hijriyah di Desa Darmaraja, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (2/4/2022). Tradisi bersalaman massal Lebaran antar Dusun atau Kampung dilaksanakan kembali setelah dua tahun Pemerintah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat pandemi COVID-19.
Foto:

Pekan lalu, epidemiolog memprediksi Indonesia tidak akan mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang drastis seusai momen Idulfitri 2022. Salah satu penyebabnya adalah tingginya persentase antibodi terhadap Covid-19 yang telah muncul di kalangan masyarakat. 

"Kalau melihat data estimasi angka prevalensi yang mempunyai antibodi terhadap Covid-19 untuk populasi Indonesia di November-Desember 2021 yang sebesar 86,6 persen dan khusus populasi di pulau Jawa bulan Maret 2022 bertambah jadi 99,2 persen maka prediksi empat pekan pascaIdul Fitri 2022 tidak akan ada lonjakan kasus Covid-19 yang berarti," ujar Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo kepada Republika, Kamis (5/5/2022).

Windhu menambahkan, prediksi ini kemungkinan bisa benar sepanjang di dunia tidak muncul varian baru dari SARS-CoV2. Tak hanya itu, dia menambahkan, prediksi tersebut di atas akan benar dengan asumsi kepatuhan protokol kesehatan (prokes), terutama penggunaan masker di masyarakat tidak banyak menurun di sepanjang masa mudik.

Namun, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tidak abai dengan prokes selama arus balik Lebaran. Pasalnya, perjalanan mudik dan balik merupakan bentuk pergerakan yang juga membawa risiko besar penyebaaran dan lonjakan kasus Covid-19.

"Situasi masih rawan, bahwa ada potensi peningkatan akibat mobilisasi jelas ada. Oleh karena itu, adanya arus mudik dan balik dengan jumlah pergerakan puluhan juta membawa risiko besar, ada potensi peningkatan, tentu iya," kata Dicky, Rabu (4/5/2022).

Dicky mengakui, saat ini tidak perlu dilakukan tes Covid-19 seagresif setahun lalu lantaran imunitas masyarakat yang sudah cukup baik. Namun, alangkah baiknya bila pemerintah tetap melakukan sampling tes.

"Jika hasil tes dari sampling tersebut ada 5 persen yang positif berarti itu buruk," tutur Dicky.

Permasalahannya saat ini, lanjut Dicky, masyarakat sudah semakin terlena dengan penurunan kasus dan menjadi abai dengan protokol kesehatan. Padahal capaian vaksinasi dosis penuh masih jauh di bawah 70 persen.

"Kita harus waspada, situasi membaik iya tetapi jangan euforia apalagi arus mudik dan balik ini saat ini melibatkan puluhan juta. Semoga kita bisa melewati fase ini tanpa ada potensi perburukan," ia menambahkan.

Adapun, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah terus mensosialisasikan protokol kesehatan selama mudik lebaran. Ia pun mengimbau agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan selama perjalanan balik Lebaran.

"Saat ini dan sekarang juga mempersiapkan agar arus balik terkendali dan tetap aman terhadap penularan Covid," kata Wiku, Kamis.

"Diimbau pada masyarakat agar tetap menjaga prokes dan menjaga stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi seimbang dan bergembira agar imun tubuh tetap terjaga tidak mudah tertular penyakit," sambung Wiku.

 

photo
Infografis rekombinan omicron. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement