Jumat 06 May 2022 16:33 WIB

Antisipasi Hepatitis Akut, Legislator: Siagakan Ruang Perawatan Anak

Kasus hepatitis misterius ini telah ditemukan di 12 negara.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham Tirta
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, Kurniasih Mufidayati.
Foto: doc ist
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, Kurniasih Mufidayati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR Fraksi PKS, Kurniasih Mufidayati memantau tiga kasus kematian anak dengan suspek Hepatitis akut yang terjadi di Jakarta dan 114 kasus suspek hepatitis akut di Jawa Timur. Menurutnya, hal itu membuat Indonesia harus lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap kemungkinan wabah penyakit menular ini.

Kasus hepatitis yang mulai menyebar di beberapa negara Barat seperti Amerika dan Eropa kini juga sudah ditetapkan WHO sebagai kejadian luar biasa dengan telah ditemukannya 170 kasus di seluruh dunia. Kasus hepatitis misterius yang menyerang anak ini telah ditemukan di 12 negara dengan terbanyak di Inggris.

Baca Juga

"Saya meminta pemerintah segera melakukan langkah antisipasi cepat dengan telah ditemukannya kasus hepatitis akut misterius ini di Indonesia. Apalagi sudah ada tiga korban anak yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut ini dengan model penularan untuk hepatitis yang antarmanusia," kata Kurniasih di Jakarta pada Jumat (6/5/2022).

Kurniasih menyampaikan, momen libur lebaran perlu diantisipasi agar tidak menjadi sumber penularan kasus hepatitis ini. Terutama yang berasal dari makanan dan pemakaian bersama alat makan dan mandi. Antisipasi dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait munculnya hepatitis akut ini dan perlunya upaya pencegahan melalui pola hidup sehat.

"Perkuat promotif, preventif, dan kuratif salah satunya masyarakat perlu diingatkan untuk selalu mencuci tangan dengan bersih, terutama sebelum makan, mengonsumsi makanan yang sudah dimasak dengan matang, minum air yang sudah dimasak dan tidak bertukar alat makan saat makan bersama," ujar Kurniasih.

"Intinya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang sejatinya sudah mulai rutin kita lakukan sejak awal Pandemi Covid-19," kata Kurniasih.

Kurniasih mengkhawatirkan euforia liburan menjadi titik rawan penyebaran virus penyebab hepatitis yang masih misterius jenisnya ini. Pemerintah diminta agar mengimbau masyarakat untuk waspada dan melakukan edukasi kepada masyarakat untuk pencegahan penularannya.

"Kementerian Kesehatan harus mulai membuat dan menerapkan tata laksana dalam memantau kasus suspect Hepatitis akut bisa berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan para ahli. Tata laksana dari tindakan promotif hingga kuratif rehabilitatif sehingga penanganannya menyeluruh," ujar Kurniasih.

Kurniasih juga meminta pemerintah melakukan langkah antisipasi dengan menyiapkan ruang-ruang perawatan anak dengan fasilitas NICU. Standar ruang perawatan pun sebaiknya diatur dalam tata laksana yang sudah disiapkan.

"Mulai disosialisasikan ke seluruh rumah sakit atau yang menjadi rujukan. Sampaikan sistem penanganannya sampai Puskesmas karena mereka Faskes paling terdepan," kata Kurniasih.

Kurniasih menganjurkan perlunya menetapkan rumah sakit rujukan untuk penanganan jenis hepatitis ini. Sehingga ketika ditemukan kasus, segera diarahkan di rumah sakit yang sudah menyiapkan penanganannya.

"Jangan terlambat dan gagap lagi. Adanya perkembangan terkait penyakit ini bisa, tata laksana bisa dievakuasi dan revisi kemudian menyesuaikan perkembangan," tegas Kurniasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement