Dugaan ini lantaran pada kejadian Hepatitis misterius, organ yang diserang adalah liver dan anak-anak menjadi sasaran utama varian tersebut. Anak-anak menjadi rentan terinfeksi hepatitis misterius juga karena imunitas mereka mungkin buruk, status gizinya pun buruk, atau memiliki komorbid serius.
"Ingat, Long Covid-19 itu yang banyak dilaporkan juga soal Hepatitis," kata Dicky.
Oleh karena itu, perlu dilakukan mitigasi dan segera gencarkan vaksinasi anak, termasuk booster. Bagi anak di bawah usia lima tahun, meskipun belum ada vaksin Covid-19 yang eligible, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Salah satunya memastikan anak-anak ketika masuk sekolah, orang dewasa yang tinggal bersama anak usia di bawah lima tahun harus sudah mendapatkan booster. Karena, orang dewasa menjadi pelindung efektif untuk sementara waktu, sambil menunggu vaksin yang eligible bagi anak-anak bawah lima tahun.
Selain itu, perlu penguatan protokol kesehatan, infrastruktur, ventilasi, dan sirkulasi udara, apalagi di dalam konteks mudik dan arus balik. Anak-anak juga harus dipastikan pergi dengan orang-orang yang memang sudah memiliki imunitas. Tidak harus tiga dosis, setidaknya dua dosis atau dalam kondisi ketaatan prokes yang cukup.
Baca juga : Pakar: Tidak Perlu Panik dengan Penetapan Hepatitis Jadi KLB
"Sembari tingkatkan deteksi dan surveilans ini. Hepatitis ada surveilans-nya, dan juga artinya kewaspadaan di unit kesehatan," jelas Dicky.
Ia pun mengingatkan hal ini berlaku tidak hanya pada anak-anak, namun juga pada dewasa muda dan orang lanjut usia. "Karena, bila berbicara tentang Long Covid-19 memang pasca-infeksi tidak mesti lama, masa akutnya dan mediumnya menjadi harus ditingkatkan pemantauannya, sehingga bisa melakukan respons yang tepat dan cepat," tegas Dicky.