REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tingkat okupansi hotel di Kota Malang meningkat hingga 50 persen. Hal ini tercatat dalam data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang sejak 30 April hingga 5 Mei mendatang.
Ketua PHRI Kota Malang, Agoes Basoeki mengatakan, okupansi hotel di Kota Malang sempat mengalami penurunan yang sangat jauh selama pandemi Covid-19. Tingkat keterisian huniannya hanya mampu mencapai 20 persenan. Kondisi ini pun tidak seluruhnya dialami hotel secara keseluruhan di Kota Malang.
Tingkat okupansi hotel lambat laun mulai mengalami peningkatan pada 30 April lalu. "Sampai nanti tanggal 5 Mei, prediksinya kita ada peningkatan. Rata-rata sekarang saat ini sudah mencapai 50 persen," kata Agoes saat dihubungi Republika, Selasa (3/4/2022).
Menurut Agoes, peningkatan okupansi pada Lebaran kali ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah pusat. Saat ini masyarakat diperbolehkan mudik ke kampung halaman masing-masing. Namun pemerintah mewajibkan sejumlah persyaratan untuk pemudik terutama yang menggunakan moda transportasi umum.
Agoes memastikan 90 hotel dan restoran di Kota Malang menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dengan baik. Hal ini sesuai dengan perintah pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bahkan, 90 persen karyawan hotel dan restoran di Kota Malang sudah mendapatkan vaksin booster.
Adapun untuk pengunjung hotel di Kota Malang, mereka diwajibkan sudah mendapatkan vaksin Covid-19. Mereka minimal sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis dua.
"Tapi rata-rata sudah dapat vaksin booster juga," jelasnya.
Menurut Agoes, sebagian besar pengunjung hotel di wilayahnya berasal dari luar Malang. Hal ini terutama dari Jakarta, Tangerang dan Surabaya. Sebagian besar mereka bertujuan untuk berwisata di Malang Raya terutama Kota Batu.
"Karena kalau di Kota Malang itu kan kebanyakan yang dari luar kota, bermalam di Malang dan berlibur di Batu. Mereka lebih suka di Kota malang dari pada yg lain. Rekreasi di tempat lain, tidurnya di hotel Kota Malang," jelasnya.