REPUBLIKA.CO.ID, Udin (30 tahun) bersama empat rekan lainnya duduk di pinggir Jalan Aria Putra, area Pasar Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) di siang yang terik pada Jumat (29/4/2022). Mereka menggelar tikar plastik sebagai alas sekaligus sebagai atap untuk berteduh.
Di sekeliling mereka, ada banyak ketupat serta janur ketupat yang akan dijajakan kepada masyarakat. Sesekali, tangan lincah Udin dan teman-temannya beraksi membuat anyaman dari setangkai daun janur menjadi kotak berbentuk ketupat.
Setiap 10 anyaman ketupat dijadikan satu ikatan untuk dijual dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu. Di hadapan mereka, sesekali terlihat calon pembeli menawar anyaman ketupat sekitar Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu.
Kegiatan Udin dan teman-temannya berjualan ketupat di Pasar Ciputat telah dilakoninya sejak empat tahun lalu. Mereka melakukan kegiatan ini menjelang Lebaran Idul Fitri dan Lebaran Idul Adha.
Biasanya, dia bersama sejumlah orang membawa bahan-bahan membuat ketupat alias janur dari Kabupaten Pandeglang ke Tangsel. “Bisa dibilang termasuk budaya sebagian orang Pandeglang juga sih kalau Lebaran Idul Fitri sama Lebaran Haji. Tujuannya enggak cuma ke sini (Pasar Ciputat) saja, juga ada yang ke (Pasar) Serpong, (Pasar) Kebayoran, dan lain-lain,” ujar Udin saat ditemui di lokasi berjualan di Jalan Aria Putra, Ciputat.
Udin bercerita, hari raya menjadi momen yang dimanfaatkan oleh sejumlah warga Pandeglang untuk memperoleh tambahan pemasukan dengan cara berjualan ketupat. Terutama bagi mereka yang sehari-hari bekerja tidak tetap seperti buruh bangunan. “Ada peluang jualan ketupat, ya, sudah jualan saja dari pada enggak ada kerjaan,” tutur Udin.
Pria dengan dua anak tersebut mengatakan, akan berjualan ketupat di Pasar Ciputat hingga satu hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Dia berencana kembali ke Pandeglang pada malam takbiran.
“Kalau belum habis biasanya sampai malam takbiran baru balik. Saya menyediakan 3.000 buah ketupat untuk tiga hari,” kata dia.
Sekitar 50 meter dari lokasi Udin berjualan, Agi Sumanto yang juga merupakan warga Pandeglang juga turut menjajakan ketupat di Jalan Dewi Sartika, tepat di depan pintu masuk Pasar Ciputat. Pemuda berusia 20 tahun itu mengaku mencari peruntungan dari momen Lebaran dengan menjual ketupat.
Agi sudah menjalani kegiatan berjualan ketupat di area tersebut sejak 2018. Dia bercerita, dirinya bersama rombongan berangkat dari Pandeglang sejak Kamis (28/4) pukul 16.00 WIB dan tiba di Tangsel pukul 22.00 WIB.
Lalu, mereka berjualan sejak Jumat (29/4) pagi hingga siang atau sore hari. “Bawa (janur) dari Pandeglang sama rombongan teman-teman satu mobil ada 12 orang. Perjalanan enam jam naik mobil soalnya lewat pinggir tol, jadi enggak masuk tol. Terus sampai sini (Tangsel) tidur di mana saja yang penting enggak kehujanan. Itu sudah rutin tiap tahun, kalau saya sejak 2018, yang lain mungkin sudah lama,” tuturnya.
Agi mengungkapkan, ia rela menempuh jarak cukup jauh dari Pandeglang karena Tangsel merupakan wilayah dengan permintaan ketupat yang cukup banyak. “Kalau di kampung kan banyak pohon (janur) sendiri, bisa buat (ketupat) sendiri. Kalau di sini ada yang enggak punya daunnya, atau ada yang enggak bisa bikinnya (ketupat),” ungkapnya.
Menurut Agi, pendapatannya tiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan permintaan ketupat yang cukup tinggi jelang momen Lebaran. Namun, dia menyebut, dari tahun ke tahun, jumlah penjual semakin banyak sehingga semakin kompetitif.
“Tahun lalu terjual sekitar 300 biji ketupat, tahun ini naik jadi 500 biji (per hari). Tapi sekarang yang jualan banyak, jadi bagi-bagi, mungkin kalau jarang yang jualan bisa jual 1.000 sampai 1.500 biji. Kalau harga saya jual sekitar Rp 700 sampai Rp 1.000 per biji, tergantung juga sama pembeli-pembeli yang nawar,” kata dia.