Selasa 26 Apr 2022 14:51 WIB

BMKG Imbau Pemudik Waspada Potensi Hujan di Jalur Selatan Jateng

BMKG imbau pemudik yang lintasi Jateng selatan waspada hujan lebat di sore dan malam

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
BMKG imbau pemudik yang lintasi Jateng selatan waspada hujan lebat di sore dan malam hari. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
BMKG imbau pemudik yang lintasi Jateng selatan waspada hujan lebat di sore dan malam hari. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemudik yang melintasi jalur selatan Jawa Tengah (Jateng) waspada terhadap hujan yang masih berpotensi terjadi di wilayah Jateng selatan.

"Hingga saat ini potensi hujan di Jateng selatan masih ada. Karakteristik hujannya adalah hujan masa transisi," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan karakteristik hujan pada masa transisi ditandai dengan kondisi cuaca pada pagi hari yang cenderung panas, tapi siang harinya mulai banyak awan terutama awan Cumulonimbus (Cb). Hujan cenderung terjadi pada sore hingga malam hari dengan intensitas sedang hingga sangat lebat. Namun durasinya lebih pendek yang kadang disertai petir dan angin kencang.

"Kondisi cuaca seperti dapat memicu terjadinya angin puting beliung," kata Teguh.

Oleh karena itu, pemudik khususnya yang mengendarai sepeda motor diimbau untuk berhati-hati dan mewaspadai potensi terjadi hujan disertai angin kencang di jalur selatan Jateng khususnya ruas Panulisan (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat) hingga Wangon. Menurut dia, hal itu disebabkan kondisi jalan di ruas Panulisan hingga Wangon berliku dan banyak terdapat titik rawan longsor maupun amblas.

"Meskipun sedikit, longsoran tanah yang jatuh ke jalan raya saat hujan akan membuat jalan menjadi licin sehingga berbahaya jika dilalui dengan kecepatan tinggi," jelasnya.

Teguh mengatakan informasi mengenai prakiraan cuaca khusus di jalur mudik dapat diakses melalui laman https://publik.bmkg.go.id/cuaca-mudik. Disinggung mengenai keberadaan dua tekanan rendah atau bibit siklon tropis yang sempat memengaruhi kondisi cuaca di sebagian wilayah Indonesia, Teguh mengatakan saat ini tekanan rendah yang masih ada hanyalah 98S yang berada di Samudra Hindia barat daya Jawa. Sedangkan 99S yang sebelumnya muncul di Laut Banda telah menghilang.

Bahkan, kondisi tekanan rendah 98S saat sekarang sudah melemah dan dampaknya terhadap curah hujan telah berkurang. "Dengan demikian, faktor pemanasan lokal yang intensif yang akan lebih berperan untuk memicu terbentuknya awan konvektif pemicu hujan," terang Teguh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement