Kamis 21 Apr 2022 15:15 WIB

Sumber Pangan Kota Bandung 96,47 Persen Masih Bergantung dari Luar Daerah

Solusinya dengan cara mandiri pangan memanfaatkan teknologi urban farming.

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan bahwa Kota Bandung masih krisis kemandirian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Saat ini, 96,47 persen kebutuhan pangan Kota Bandung masih didatangkan dari wilayah-wilayah di luar Kota Bandung, kata Yana.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan bahwa Kota Bandung masih krisis kemandirian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Saat ini, 96,47 persen kebutuhan pangan Kota Bandung masih didatangkan dari wilayah-wilayah di luar Kota Bandung, kata Yana.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan bahwa Kota Bandung masih krisis kemandirian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Saat ini, 96,47 persen kebutuhan pangan Kota Bandung masih didatangkan dari wilayah-wilayah di luar Kota Bandung, kata Yana. 

Hal ini, kata dia, memengaruhi ketersediaan pangan di Kota Bandung, khususnya selama masa pandemi karena banyak wilayah yang memutuskan mengurangi kiriman pangan, dan lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan di wilayah masing-masing. Maka solusi satu-satunya adalah berupaya untuk dapat mandiri pangan, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi urban farming, mengingat kondisi geografis Kota Bandung yang sangat minim lahan tanam. 

Baca Juga

“Kita dengan keterbatasan lahan dan SDA memang sangat bergantung dari daerah lain, maka kita harus segera berupaya untuk dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan kita,” kata Yana saat menghadiri peresmian Ekosistem Urban Farming Masyarakat Perkotaan oleh Universitas Padjajaran di Lebak Gege, Kota Bandung, Kamis (21/4/2022). 

“Sekali lagi kami sangat apresiasi upaya Unpad untuk kemandirian kebutuhan pangan Kota Bandung, semoga kita bisa sedikit demi sedikit melepaskan diri dari  ketergantungan pangan pda wilayah lain dan mulai mandiri pangan,” sambungnya. 

Rektor Universitas Padjajaran Prof Rina Indiastuti menjelaskan, ekosistem urban farming masyarakat perkotaan melalui implementasi hasil riset smart watering Unpad (SWU), selain dapat menjadi solusi untuk melepas rantai ketergantungan pangan Kota Bandung pada wilayah lain, juga sebagai solusi  pengembangan sistem penanaman di wilayah padat penduduk. 

“Urban farming atau bercocok tanam dengan pemanfaatan lahan yang sempit di area perkotaan menjadi solusi yang perlu dilakukan, salah satunya dengan perkembangan sistem penanaman hidroponik,” kata Rina dalam kesempatan yang sama.

Melalui kegiatan ini, Unpad menyalurkan 100 set smart watering berupa media tanam hidroponik yang nantinya akan dibagi di empat green house di Lebak Gede, setiap titiknya, akan ada sekitar 30 set. Green House, kata Rina, akan didirikan di ruang publik, agar warga dapat bersama-sama mengembangkan dan merawat tanaman, sekaligus mengelola hasil panen pangan dari green house di wilayah masing-masing.

“Tim balai tatanan Unpad dan pusat unggulan ilmu lingkungan Unpad akan melakukan pendampingan dalam pengelolaan Green House, dan diharapkan program GH SWU ini dapat terus berlanjut,” kata Rina. 

Adapun green house yang diresmikan hari ini berada di wilayah rukun warga (RW) 9, kelurahan Lebak Gede, yang dibangun di atas selokan besar peninggalan Belanda berukuran 1x3 meter. Tanaman yang akan dibudidayakan antara lain selada, cabai, tomat, dan kangkung, dengan mengandalkan 35 set media tanam smart watering. 

“Green house ini sudah dilengkapi dengan pengatur suhu sederhana dimana alat akan bekerja ketika suhu meningkat, besar harapan kami agar GH ini dapat direplikasi di wilayah Bandung, Jawa Barat, bahkan Indonesia. Karena ini sangat ramah lingkungan dan hemat biaya listrik,” kata Rina. 

Wali Kota Bandung Yana Mulyana berharap teknologi pangan Smart Watering dapat diterapkan di wilayah lain dengan jenis pangan yang tematis di setiap wilayahnya. Jika rencana ini dapat terwujud, maka kemandirian Kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pangan dapat lebih mudah terealisasikan.

“Kalau bisa memang perwilayahan itu ada tematik penanaman pangannya, misalkan wilayah Lebakgede fokus pada pengembangan pangan sayuran selada, wilayah lain kangkung. Dan ini harus dengan siklus yang sistematis sehingga dapat dipanen setiap hari. Dengan teknologi yang ada, walaupun kita terbatas lahannya tapi bisa menghasilkan hasil yang tetap maksimal dan berkualitas,” kata Yana. 

“Dengan sistem penanaman yang mengandalkan teknologi, semoga lebih bagus kualitas nya dan lebih cepat masa panennya. Nutrisi juga kan dibuat sendiri oleh Unpad maka bisa lebih terjamin kualitas pangannya,” katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement