Selasa 03 May 2022 06:40 WIB

Peneliti: Karya Berbahasa Jawa KH Sholeh Darat Digemari Ulama Dunia

Kitab 'Syarah Al Hikam' dicetak berkali-kali di Mesir, Bombay India, dan Singapura.

 KH Ahmad Baso saat berbicara di episode ke-20 Ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan
Foto: istimewa
KH Ahmad Baso saat berbicara di episode ke-20 Ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Islam Nusantara KH Ahmad Baso menyebutkan, guru dari pendiri NU KH Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan yakni KH Sholeh Darat, memiliki karya yang digemari ulama dunia. Karya itu berjudul "Syarah Al Hikam".

Syarah Al Hikam karya KH Sholeh Darat ini ditulis dalam Bahasa Jawa, tapi ternyata orang Arab juga membacanya dan mempelajarinya. Kitab ini dicetak berkali-kali di Mesir, Bombay India, dan Singapura.

"Kitab ini tentang ilmu tasawuf (ilmu yang fokus membangun diri menjauhi hal duniawi)," kata Kiai Ahmad Baso dalam serial "Inspirasi Ramadan 2022" yang ditayangkan oleh akun YouTube BKN PDI Perjuangan, Selasa (19/4/2022).

KH Sholeh Darat memang dikenal memiliki keilmuwan kuat dalam hal tasawuf. Sehingga, karyanya diminati ulama di Arab dan Nusantara.

"Karena kalau gurunya menulis Bahasa Jawa, maka santrinya otomatis mau tidak mau harus belajar bahasa gurunya, yakni Bahasa Jawa, mau dia dari India, Mesir, atau Singapura," tutur Ahmad Baso dalam siaran persnya.

Ahmad Baso menjelaskan, apa yang dilakukan KH Sholeh Darat dengan menerbitkan karya-karya Islam maupun terjemahan dalam Bahasa Jawa membantu penyebaran Islam di Pulau Jawa. Dengan demikian, paparnya, ilmu agama Islam tidak hanya dapat dipelajari golongan ulama dan santrimelainkan dapat dipelajari semua kalangan, termasuk kalangan yang saat itu masih awam beragama di Nusantara.

"Bahkan ada satu kitab yang ditulis KH Sholeh Darat menggunakan aksara Jawa. Ini tujuannya agar orang-orang yang saat itu hanya bisa membaca aksara Jawa, bisa mempelajari salinan kitab beliau yang mengajarkan ilmu agama Islam. Jadi, beliau tidak memaksakan orang Jawa harus belajar agama dengan Bahasa Arab. Ini kehebatan KH Sholeh Darat, mengajarkan ajaran agama dengan instrumen bahasa lokal," ujarnya.

Dia menceritakan, terjalinnya komunikasi KH Sholeh Darat dengan tokoh perempuan Indonesia saat itu RA Kartini. Saat itu, RA Kartini diceritakan sedang gundah karena keinginannya mempelajari agama Islam. Ini karena dia terbentur dengan keterbatasan literatur yang menggunakan Bahasa Jawa karena kebanyakan saat itu literaturnya dalam Bahasa Arab.

Melalui beberapa perantara, KH Soleh Darat mendengar keluhan tersebut, hingga akhirnya RA Kartini diberikan suatu karya tafsir Alquran Pegon yang berbahasa Jawa. "Saat KH Sholeh Darat diminta hadir ceramah di Jepara oleh ayahnya RA Kartini yang saat itu bupati, KH Sholeh Darat menunjukkan cara menerjemahkan Surat Al-Fatihah dalam Bahasa Jawa. Dari sana, semakin tertariklah RA Kartini mempelajari Islam. 

Saat pernikahan RA Kartini, kebetulan kitab tafsir Pegon KH Sholeh Darat sudah dicetak di Singapura, maka kitab tersebut menjadi kado pernikahan RA Kartini dari KH Soleh Darat. "Dan RA Kartini sangat puas karena keinginannya belajar agama saat itu terpenuhi dengan kehadiran kitab tersebut," paparnya.

Selain itu, Ahmad Baso menceritakan, saat pendiri NU KH Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah menjadi santri KH Sholeh Darat. KH Hasyim Asyari saat menjadi santri lebih fokus mempelajari hadis dan ilmu tasawuf. Adapun KH Ahmad Dahlan lebih fokus mempelajari ilmu falak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement