Rabu 20 Apr 2022 00:42 WIB

Satgas Imbau Masyarakat Tetap Waspada Saat Libur Lebaran

Masyarakat diminta tetap taat protokol kesehatan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Calon penumpang menunggu kedatangan kapal di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/4/2022). Para pemudik yang sebagian besar bertujuan ke Bima, Maumere, Maluku dan Sorong tersebut memilih untuk mudik lebih awal guna menghindari puncak arus mudik dan kenaikan tarif tiket kapal jelang lebaran.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Calon penumpang menunggu kedatangan kapal di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/4/2022). Para pemudik yang sebagian besar bertujuan ke Bima, Maumere, Maluku dan Sorong tersebut memilih untuk mudik lebih awal guna menghindari puncak arus mudik dan kenaikan tarif tiket kapal jelang lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat agar tetap waspada dan menjalankan disiplin protokol kesehatan selama libur lebaran dan mudik ke kampung halaman. Hal ini berkaca pada pengalaman kenaikan kasus Covid-19 yang telah beberapa kali terjadi pascaperiode libur panjang.

“Saya ingin kembali mengingatkan bahwa kita masih perlu untuk tetap waspada dengan senantiasa menegakkan disiplin protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang kita jalani,” ujar Wiku saat konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga

Wiku menjelaskan, terdapat tiga hal yang menjadi dasar untuk tetap berhati-hati terhadap potensi penularan virus Covid-19. Pertama yakni kegiatan silaturahmi saat Idul Fitri mendatang akan melibatkan interaksi dengan kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan juga penderita komorbid.

Kedua, risiko terpapar virus menjadi lebih besar bagi masyarakat yang baru saja melalui perjalanan jarak jauh, serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Ketiga, keberadaan kasus tanpa gejala di sekitar berpotensi akan menularkan ke orang lain dan menjadi sumber penularan.

Keempat, tidak adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat saat periode libur panjang nanti akan berpotensi meningkatkan mobilitas masyarakat dalam jumlah yang besar.

“Melihat tiga lonjakan kasus yang lalu, nyatanya terjadi di tengah kebijakan pembatasan mobilitas selama periode libur panjang, termasuk Idul Fitri,” kata Wiku.

Wiku menyampaikan, gelombang pertama Covid-19 terjadi pasca periode Natal 2020 dan tahun baru 2021. Kasus positif melonjak hingga tiga kali lipat dan mencapai puncaknya hingga 14.500 kasus serta terjadi lonjakan kasus kematian hingga berkisar 500 kasus dalam sehari.

Gelombang kedua terjadi pascaperiode Idul Fitri pada Mei 2021 di tengah keberadaan varian Delta. Kasus positif saat itu melonjak sangat tajam hingga pada 15 Juli 2021 kasus harian mencapai titik puncaknya hingga 57 ribu dalam satu hari.

Hal ini juga diikuti dengan kenaikan angka kematian hingga mencapai lebih dari dua ribu kasus dalam satu hari. Baik angka kasus positif dan kematian di masa gelombang kedua ini mencapai empat kali lipat lebih tinggi dibanding puncak gelombang pertama.

Sedangkan gelombang ketiga terjadi pascaperiode Natal dan tahun baru di tengah keberadaan varian Omicron. Penambahan kasus positif ini mencapai puncaknya pada 16 Februari 2022 yang melebihi rekor pada puncak gelombang dua yaitu hingga 65 ribu kasus positif dalam satu hari.

Padahal sebelumnya selama empat bulan berturut-turut, kasus tengah mengalami pelandaian hingga titik terendahnya. Meskipun demikian, angka kematian tidak melonjak sebesar pada lonjakan pertama dan kedua.

“Hal ini tentunya perlu menjadi kewaspadaan bagi kita agar lebih berhati-hati jangan sampai kita merasa terlampau aman untuk melakukan hal-hal yang berisiko menyebabkan lonjakan kasus,” jelas Wiku.

Karena itu, ia pun mengingatkan masyarakat agar tetap disiplin dalam menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan.

“Meskipun vaksin dapat menjaga kita dari keparahan gejala, risiko perawatan di rumah sakit hingga kematian, virus yang ada di tubuh kita ketika kita tertular masih berpotensi menulari orang lain,” kata Wiku mengingatkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement