REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Sebanyak 100.048 keluarga di Kota Pekanbaru, Riau menghadapi risiko stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya menjadi tengkes (kerdil).
"Ini data hasil pengamatan keluarga yang dilakukan kami pada tahun 2021," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Pekanbaru Muhammad Amin di Pekanbaru, Sabtu (19/3/2022).
Dia mengatakan pemerintah melakukan pendampingan pada keluarga-keluarga dengan risiko stunting. "Kami lakukan pendampingan mulai dari masa sebagai calon pengantin, hamil, pasca-melahirkan, hingga anak berusia dua tahun. Tiga bulan sebelum menikah, gizinya, fisiknya, psikisnya calon pengantin harus dipersiapkan," jelas Amin.
Dinas melakukan pendampingan dengan dukungan dari 918 pendamping keluarga yang terbagi dalam 327 tim. Amin mengatakan masih ada 333 kasus stuntingyang tersebar di 15 kecamatan di Kota Pekanbaru. Menurut dia, angka kasus stunting di Kota Pekanbaru sekitar 11 persen, lebih rendah dari angka kasus stunting nasional yang sebesar 24,4 persen pada 2021.
Guna mengatasi masalah stunting, sebanyak 20 kelurahan di Kota Pekanbaru dijadikan sebagai lokus upaya penanganan stunting yang mencakup program pemenuhan kebutuhan gizi serta perbaikan sanitasi. "Intervensi kasus stunting tidak hanya terfokus pada berat badan anak saja tapi juga lingkungan," katanya.