REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pencabutan subsidi dan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng oleh Pemerintah, ‘mendadak’ membuat rak- rak toko dan lapak pengecer terlihat penuh oleh minyak goreng kemasan dari berbagai merek. Kondisi ini jauh berbeda beberapa hari setelah pmerintah mengumumkan penetapkan minyak goreng ‘satu harga’ beberapa waktu lalu, saat rak dan lapak pengecer relatif ‘melompong’.
“Tadi pagi, saya belanja minyak goreng dalam kemasan sudah banyak yang dipajang di toko- toko pengecer, walaupun harganya mahal,” ungkap Heru (52), pemilik warung makan di Banyumanik, Kota Semarang, Kamis (17/3).
Walaupun dengan harga Rp 24 ribu per liter, jelasnya, ia masih bisa membeli sebanyak dua kemasan (isi 2 liter) untuk kebutuhan usaha warung makan tersebut. Satu kemasan harganya Rp 48 rupiah.
Kondisi ini jauh berbeda dengan sebelumnya, saat Pemerintah mengumumkan ketentuan minyak goreng satu harga, Rp 14 ribu beberapa waktu lalu. Untuk bisa mendapatkan dua bungkus sangat sulit dan ia harus pesan kepada toko tempat ia biasa membeli.
Terkadang sudah memesan pun juga hanya kebagian satu bungkus (kemasan) atau pas lagi apes juga tidak dapat. Sehingga ia terpaksa harus mencari ke toko atau penjual lainnya agar tidak kapiran.
Sebab, setiap hari ia membutuhkan sedikitnya dua kemasan (4 liter) minyak goreng untuk usaha warung makannya. “Sekarang --tiba- tiba-- minyak goreng kembali sudah terlihat saat harga kembali tinggi,” tegasnya.
Sementara itu, sejumlah penjual minyak goreng di pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang mengaku meskipun harga minyak goreng kembali tinggi, mereka belum dapat menjual dengan jumlah banyak.
“Karena –sampai dengan hari ini-- pasokan dari para sales kepada pedagang di pasar juga belum kembali lancar,” ungkap Hj Siti Mudzakah (67), salah satu pedagang bahan kebutuhan pokok di pasar Bandarjo, Ungaran.
Sehingga untuk bisa melayani pembeli, terkadang ia harus membeli/ mengambil dari sesame pedagang yang masih punya stok minyak goreng dalam kemasan. “Terpaksa harus nempil ke pedagang lain,” tegasnya.
Untuk saat ini, jelas Siti, harga minyak goreng kemasan isi satu liter sudah Rp 21 ribu dari sales. Sementara untuk minyak goreng kemasan isi dua liter sudah seharga Rp 47 ribu. Sehingga dari sales pun harganya sudah tinggi.
Untuk menjual kepada konsumen, pedagang biasanya hanya mengambil untung kisaran Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per liter. “Sehingga walaupun harga minyak goreng dalam kemasan kembali tinggi, pasokan barangnya pun juga belum lancar,” tandasnya.