REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pemutakhiran data kekuatan gempa yang mengguncang pantai selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada Sabtu (12/3/2022), menjadi magnitudo 5,1, dari yang sebelumnya magnitudo 5,3. Gempa yang terjadi pukul 12.31.07 WIB, itu berpusat di laut pada jarak 28 kilometer arah selatan Cihara, Kabupaten Lebak dengan kedalaman 10 kilometer.
"Gempa selatan Lebak ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di dasar laut," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Sabtu (12/3/2022).
Gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan geser mengiri (sinistral strike-slip). Jika mencermati mekanisme sumber gempa Lebak yang dipicu sesar geser mengiri (sinistral strike-slip) maka ada dugaan pembangkit gempa tersebut merupakan kemenerusan Sesar Cimandiri di laut dengan karakteristik mekanisme geser mengiri juga.
Meski gempa berkedalaman dangkal dan berpusat di laut, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudo relatif kecil. Sehingga deformasi yang terjadi belum mampu mengganggu kolom air laut. Gempa Lebak dirasakan di Malingping, Cinangka, Bayah, Pelabuhan Ratu dalam skala intensitas III-IV MMI.
Di pusat kota Lebak, Panggarangan, Labuan dirasakan dalam skala intensitas III MMI. Di Munjul, Tanara, Anyer, Cianjur, Kota Sukabumi, gempa dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI. Sedangkan di Kota Serang, Tangerang, Serpong, Jakarta guncangan juga dirasakan dalam skala intensitas II MMI.
Hingga saat ini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa Lebak M5,1 tersebut. Hingga pukul 13.25 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi enam gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo 2,9 hingga 4,4.