Sabtu 12 Mar 2022 03:18 WIB

Epidemiolog: Pelonggaran Prokes Sebaiknya Dilakukan Bertahap

Epidemiolog menyarankan persiapan dilakukan terlebih dulu di satu daerah.

Sejumlah penumpang kereta api tiba di Stasiun Bandung, Kota Bandung, Kamis (10/3/2022). PT KAI (Persero) mengeluarkan aturan terbaru untuk perjalanan kereta api yakni, kapasitas penumpang menjadi 100 persen, penumpang yang telah divaksin Covid-19 minimal dosis kedua tidak perlu tes PCR maupun antigen, penumpang usia di bawah enam tahun wajib didampingi orang tua dan menerapkan protokol kesehatan. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah penumpang kereta api tiba di Stasiun Bandung, Kota Bandung, Kamis (10/3/2022). PT KAI (Persero) mengeluarkan aturan terbaru untuk perjalanan kereta api yakni, kapasitas penumpang menjadi 100 persen, penumpang yang telah divaksin Covid-19 minimal dosis kedua tidak perlu tes PCR maupun antigen, penumpang usia di bawah enam tahun wajib didampingi orang tua dan menerapkan protokol kesehatan. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan persiapan masa praendemi sebaiknya tidak langsung melonggarkan seluruh protokol kesehatan tapi dilakukan bertahap. Ia mengatakan, persiapan dapat dilakukan terlebih dahulu di suatu daerah.

"Seharusnya benar-benar disiapkan supaya endemis, itu pertama, pada praendemis. Supaya endemis bagaimana baiknya, pembebasan sosialnya harus dibatasi dulu," kata Miko ketika dihubungi oleh Antara dari Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Baca Juga

Pelonggaran pembatasan dapat dilakukan secara perlahan-lahan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, dilakukan secara bertahap sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian.

Menurutnya, pelonggaran protokol kesehatan dapat dimulai dengan suatu daerah tertentu dan tidak langsung diberlakukan dalam wilayah yang luas. Protokol praendemi tersebut dapat dilakukan terlebih dahulu di suatu provinsi atau kabupaten/kota dan tidak langsung terimplementasikan ke seluruh Indonesia. Hal itu karena perbedaan kondisi pandemi antara satu daerah dengan daerah lainnya.

"Karena positivity rate daerah berbeda-beda," ucapnya.

Sebelumnya, Jubir Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan penyusunan protokol kesehatan di masa praendemi sudah masuk tahap finalisasi.

"Saat ini protokol kesehatan praendemi dibahas untuk difinalkan. Terdapat beberapa indikator terutama yang dibahas sebagai tahapan," ujar Siti Nadia Tarmizi pada Senin (7/3/2022).

Nadia mengatakan bahwa protokol kesehatan praendemi tersebut disusun dengan melibatkan berbagai kalangan terkait seperti epidemiolog dan praktisi kesehatan.

Praendemi sendiri merupakan fase sebelum memasuki masa endemi, atau kondisi di mana penyakit yang mewabah terbatas di area tertentu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement