Kamis 10 Mar 2022 20:52 WIB

Merapi Erupsi, Ganjar: Belum Ada Warga Jateng yang Dievakuasi

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebut belum ada warganya yang dievakuasi akibat Merapi

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Bilal Ramadhan
Pengendara melintas di jalan yang diselimuti abu vulkanik erupsi gunung Merapi di Desa Babadan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022). Gunung Merapi mengalami erupsi pada Rabu (9/3/2022) pukul 23.30 dengan memuntahkan luncuran awan panas sejauh lima kilometer ke arah tenggara dan sebaran abu vulkanik ke arah barat daya di wilayah kabupaten Magelang.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Pengendara melintas di jalan yang diselimuti abu vulkanik erupsi gunung Merapi di Desa Babadan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022). Gunung Merapi mengalami erupsi pada Rabu (9/3/2022) pukul 23.30 dengan memuntahkan luncuran awan panas sejauh lima kilometer ke arah tenggara dan sebaran abu vulkanik ke arah barat daya di wilayah kabupaten Magelang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Gunung Merapi kembali mengalami erupsi, pada Rabu (9/30 malam. Namun warga Jawa Tengah yang ada di lereng gunung berapi di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut tetap tenang walaupun siaga.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang dikonfirmasi mengungkapkan, sampai dengan Kamis (10/3) siang, belum ada laporan warga lereng Merapi di wilayah Kabupaten Magelang, Boyolali maupun  Kabupaten Klaten yang dievakuasi.

Baca Juga

Menurut gubernur, warga Merapi di tiga wilayah tersebut sudah siap menghadapi situasi erupsi dengan metode ‘Desa Kembar’ dan mereka sudah punya tempat untuk tindakan darurat manakala diperlukan.

Warga sekitar Merapi jauh lebih paham dengan kearifan lokalnya untuk menghadapi kejadian erupsi. “Tinggal ‘refleknya’ saja yang masih harus diingatkan oleh pemerintah,” jelasnya, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, masih jelas Ganjar, terus memantau dan mengikuti  perkembangan aktivitas gunung Merapi bersama-sama dengan para vulkanolog di Jawa Tengah maupun di DIY.

Hasil pemantauannya seperti apa dan perkembangan situasinya bagaimana selalu dlaporkan secara harian. “Sehingga semuanya BPBD dan stakeholder kebencanaan yang lain juga dapat melakukan controling,” lanjutnya.

Tidak hanya di Gunung Merapi saja, gunung berapi aktif lainnya di Jawa Tengah juga turut dipantau, pun demikian dengan potensi kebencanaan lain seperti tanah longsor, banjir dan sebagainya.

Sejalan dengan langkah-langkah itu, mitigasinya juga disiapkan terus menerus. “Maka seperti di Merapi, kawasan tersebut dapat dikelola secara bersama- sama terkait kewaspadaan terhadap bencana vulkanologi,” tegasnya.

Desa dan keluarga kembar yang sudah ada di sana (Merapi), jells gubernur, juga diimbau untuk aktif kembali. Sehingga jika terjadi kenaikan status siaga Gunung Merapi, warga bisa langsung bergerak.

Desa Kembar merupakan program yang yang digagas Pemprov Jawa Tengah sebagai salah satu langkah untuk mengantisipasi ancaman erupsi gunung Merapi dengan mengedepankan semangat persaudaraan warga sekitar Merapi membantu warga lain yang berada di kawasan rawan bencana (KRB).

“Salah satu contohnya adalah Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali yang sudah menjalin kekerabatan dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang hingga terkoneksi sebagai Desa Kembar,” jelasnya.

Kepada warga Jawa Tengah di lereng Merapi, gubernur juga mengimbau agar tetap mematuhi dan mengikuti seluruh perintah maupun petunjuk yang diberikan oleh para pemegang otoritas.

“Apakah itu BPBD, Basarnas, informasi dari BMKG, para vulkanolog, agar mereka semua bisa menyelamatkan diri manakala situasi menghendaki,” tandas Ganjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement