Rabu 09 Mar 2022 15:01 WIB

Dradjad: Jaga Langit Indonesia

Saat sudah terbukti serangan udara sangat membahayakan pertahanan sebuah negara.

Dradjad Wibowo mengingatkan pentingnya memperbaiki sistem pertahanan langit Indonesia.
Foto: istimewa/doc pribadi
Dradjad Wibowo mengingatkan pentingnya memperbaiki sistem pertahanan langit Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pakar PAN, Dradjad Wibowo, menyarankan pemerintah untuk memperkuat langit Indonesia, dan tidak mengandalkan Barat, dalam pengadaan alutsista.

Dradjad yang pernah bergelut dalam dunia inelijen, mengungkapkan, ada dua poin yang harus diperhatikan dalam persoalan pertahan. Pertama, doktrin pertahanan harus diperluas. "Jangan lagi tergantung pada Barat. Terutama Amerika, khususnya dalam pengadaan alutsista,” kata Dradjad, melalui pesan suara, Rabu (9/3/2022).

Kenapa tidak bisa mengandalkan Barat? Dradjad memberi alasan belajar dari pengalaman negara-negara yang sangat mengandalkan Barat terutama AS untuk pertahanan nasionalnya,, bisa dilihat dari yang terjadi di Afghanistan. Saat AS membuat deal dengan Taliban maka pemerintah Afghanistan ditinggal begitu saja.

Begitu juga yang terjadi dengan para pejuang Suriah yang melawan Bashar al-Assad. Ketika Aleppo dibom habis-habisan ternyata Barat tidak berbuat apa-apa. “Terakhir adalah Ukraina. Memang Barat gegap gempita membantu Ukraina, tetapi yang paling dibutuhkan Ukraina adalah wilayah larangan terbang, karena di situ mereka sangat rentan dengan serangan rudal, pesawat udara Rusia,” ungkapnya.

Tapi ternyata Barat dalam konteks ini NATO tidak mau konflik dengan Rusia. Sehingga tidak mau memenuhi permintaan larangan terbang dari Presiden Ukraina. Artinya, pada titik yang sangat krusial, Barat, NATO, khususnya AS akan lebih mementingkan kepentingan nasionalnya sendiri.

"Sehingga negara-negara, seperti Indonesia tidak bisa mengandalkan mereka untuk pertahanan nasional kita. Bahkan Barat pun bisa kita persempit lagi ke negara-negara anglo saxons, Amerika, Inggris, Australia. Mereka cenderung membentuk kelompok eksklusif yang mengabaikan negara Barat yang bukan anglo saxons,” papar Dradjad.

Intinya Indonesia tidak bisa mengandalkan Barat dalam doktrin pertahanan nasional. Khususnya dalam pengadaan alutsista. “Sumber pengadaan alutsista apalagi untuk pertahanan udara harus diperluas,” ungkapnya.

Kedua, langit Indonesia harus diproteksi dengan sangat kuat. Sistem pertahanan udara harus ditingkatkan secara drastis. Pertahanan udara ini bukan hanya dari sisi Angkatan Udara, tapi juga Darat maupun Laut. “Intinya kita harus melindungi langit Indonesia dari segala bentuk ancaman,” kata Dradjad.

Proteksi tinggi terhadap langit Indonesia, menurut Dradjad, harus dilakukan karena belajar dari pengalaman yang terjadi di Irak ketika diserang AS, Palestina yang diserang Israel, dan yang terjadi di Ukraina.

Negara-negara yang memiliki kekuatan superior di kekuatan udara, menurut Dradjad, bisa dengan mudah meluluh lantakan target militer maupun kota. Beberapa kota yang dibom, termasuk fasilitas sipilnya kena sehingga takluk. “Grozny, Chenchen dulu takluk dihajar kotanya. Begitu juga dengan Aleppo,” papar ekonom Indef ini.

Superioritas di udara memberi keuntungan yang luar biasa bag negara-negara yang memiliki kekuatan tersebut. "Saya tidak bicara 5 atau 10 tahun, kita bicara pertahanan untuk 25 atau 50 tahun ke depan. Kita tidak tahu ancaman dari utara maupun selatan Indonesia,”.

Karena Indonesia tidak bersikap agresif, kata Dradjad, kuncinya adalah Indonesia harus mampu melindungi langit Indonesia dari serangan udara. Baik itu serangan rudal maupun pengeboman pesawat.

“Kita bisa melihat bagaimana Israel melindungi langitnya dengan kubah bajanya. Itu rudal-rudal anti serangan udara,” paparnya.

Untuk memperkuat perlindungan langit Indonesia, bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan membeli pesawat tempur maupun rudal antiserangan udara dari berbagai negara. “Menhan Prabowo saya kira paham betul dimana saja harus membeli,” ungkap Dradjad.

Tapi yang penting adalah tehnologi militer harus ditingkatkan secara drastis. Indonesia tidak lagi hanya bicara membuat senapan. “Bedil (senapan) itu penting, tapi tehnologi yang lebih advance untuk melindungi langit kita, entah itu pesawat tempur, peluru kendali,” kata dia.

Hal ini  harus segera dimulai karena untuk bicara sistem pertahanan tidak hanya satu atau dua tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement