REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra Ranadireksa berharap informasi yang akurat dan kredibel terkait manfaat tembakau alternatif bisa disampaikan kepada masyarakat.
“Prevalensi merokok di Indonesia sudah menyentuh 65 juta jiwa, salah satu yang tertinggi di dunia. Kampanye negatif hanya akan semakin menjauhkan perokok dewasa Indonesia dari produk tembakau alternatif yang bisa menjadi solusi komplementer menekan prevalensi merokok di negara ini,” ujar Dimas seperti dilansir dari Antara, Rabu (2/3/2022).
Ia melanjutkan aktivitas merokok berkorelasi dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru, kanker kerongkongan, penyakit jantung koroner, hingga stroke. "Dengan fakta bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok, diharapkan perokok dewasa bisa beralih ke produk tersebut demi meringankan masalah kesehatan," kata dia
“Produk tembakau alternatif memiliki manfaat yang besar demi mendorong perbaikan kesehatan publik. Pemerintah harus aktif dalam menekan kampanye negatif terhadap produk tembakau alternatif dengan menggandeng dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait demi terciptanya peralihan perokok dewasa ke produk yang lebih rendah risiko ini,” kata Dimas menambahkan.
Sebelumnya, Wakil Direktur the Consumer Choice Center, lembaga internasional perlindungan konsumen yang berpusat di Washington DC Amerika Serikat, Yael Ossowski mengatakan, masih banyak misinformasi yang tersebar di publik mengenai produk alternatif.
Menurut Yael, jika kampanye ini berlangsung terus-menerus, maka akan semakin memperbesar masalah kesehatan publik karena perokok dewasa enggan untuk beralih ke produk tembakau alternatif. Dampak dari kampanye penolakan terhadap produk tembakau alternatif pun terlihat dengan meningkatnya angka penjualan rokok di Amerika Serikat pada 2020 lalu.
Berdasarkan laporan Komisi Perdagangan Federal, penjualan rokok mencapai 203,7 miliar batang pada 2020. Meningkat 0,8 miliar batang dibandingkan pada 2019 lalu. Ini merupakan peningkatan pertama dalam penjualan rokok dalam 20 tahun terakhir.
“Mereka diberi tahu berulang kali bahwa produk tembakau alternatif yang digunakan oleh jutaan konsumen dewasa untuk berhenti merokok sama berbahayanya dengan rokok,” ujar Yael.