Rabu 02 Mar 2022 05:18 WIB

Rumah Hijau Denassa Jadi Percontohan Penyelamatan Lingkungan di Sulsel

Di Rumah Hijau Denassa, pengunjung bisa belajar untuk lebih dekat dengan alam.

Darmawan Denassa, pendiri Rumah Hijau Denassa, memegang piala Kalpataru 2021 yang diperolehnya untuk kategori Perintis Lingkungan.
Foto: Andi Nur Aminah/Republika
Darmawan Denassa, pendiri Rumah Hijau Denassa, memegang piala Kalpataru 2021 yang diperolehnya untuk kategori Perintis Lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Rumah Hijau Denassa (RHD) yang fokus pada konservasi, edukasi, dan literasi menjadi percontohan penyelamatan lingkungan di Sulawesi Selatan. "Mimpi saya, anak-anak pengunjung RHD ini jadi orang baik, karena di sini mereka bisa belajar dekat dengan alam," kata Pengelola RHD, Denassa di Borongtala, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Selasa (1/3/2022).

Dia mengatakan, usaha yang dirintisnya di lahan seluas 1,1 hektare sejak 2007 itu berfokus pada upaya penyelamatan tumbuhan-tumbuhan lokal dan langka, termasuk menyelamatkan cerita di balik tumbuhan tersebut. Dedikasi Denassa yang merintis RHD sebagai kawasan konservasi sejak 2007 itu, kini membuahkan hasil. Bahkan 2021 lalu, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menganugerahkan penghargaan Kalpataru.

Baca Juga

Salah satu keunikan saat mengunjungi RHD, lanjut dia, pengujung dapat satu paket makan siang yang dinamakan 'Denassa Eco Lunchbox' yang sekaligus memperkenalkan keanekaragaman hayati. "Biasanya, sebelum makan, diceritakan tentang nasi dan lauk yang dikonsumsi yang melalui proses panjang," kata Denassa.

Lelaki alumnus Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin ini, dikenal sebagai penutur yang baik yang siap berbagi pengalaman seputar pengembangan RHD, terutama konsep, nilai-nilai filosofis, dan akar budaya Makassar yang dianutnya. Denassa mengatakan, RHD ini didirikan karena didorong oleh kenangan pada masa kecilnya. Hobinya yang suka membaca dan mengoleksi prangko ikut memengaruhi semangatnya mengembangkan RHD. 

Lewat RHD yang merupakan kawasan konservasi dan edukasi, dia berharap orang-orang akan datang belajar berbagai hal seputar tanaman dan cara bercocok tanam yang baik. "Kita mesti lebih bijak pada alam, pada tumbuhan. Karena tumbuhan merupakan ibu dari semua spesies kehidupan," ujarnya.

Tak heran, jika kecintaan pada alam ini yang dituangkan pada RHD, mendapat banyak kunjungan dari pecinta isu lingkungan dari 72 negara. Begitu pula pengujung lokal yang ingin berekowisata.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement