Senin 28 Feb 2022 23:21 WIB

Isra Mi'raj, Wapres Dorong Hadirnya Generasi Muttaqin dan Washathy

Ini artinya kita membangun SDM yang unggul iptek dan imtaq.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Wakil Presiden KH Maruf Amin. Wapres menekankan perlunya membangun generasi muttaqin dan washaty.
Foto: Dok. BPMI/Setwapres
Wakil Presiden KH Maruf Amin. Wapres menekankan perlunya membangun generasi muttaqin dan washaty.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menekankan perlunya membangun generasi muttaqin yaitu generasi yang beriman kepada yang ghaib dan juga mendirikan shalat. Itu disampaikan Wapres, saat menghadiri peringatan Isra Mi'raj 1443 Hijriah/2022 tingkat kenegaraan bertema Teguhkan Semangat Beragama dan Berbangsa.

Sebab, perintah utama dalam peristiwa Isra Mi'raj yang diterima Nabi Muhammad SAW secara langsung dari Allah SWT adalah perintah shalat lima waktu. Karena itu, Kiai Ma'ruf mengingatkan kewajiban mendirikan shalat bagi umat Islam.

Baca Juga

"Shalat merupakan tiang agama sehingga orang yang melaksanakannya dianggap sebagai penegak agama dan yang meninggalkannya dianggap perusak agama," kata Kiai Ma'ruf saat memberi amanat pada peringatan Isra Mi'raj tingkat kenegaraan secara virtual, Senin (28/2/2022).

Lalu kedua, Wapres juga mendorong dibangunnya generasi mu’ammiriin yaitu generasi yang memakmurkan bumi sebagaimana firman Allah yang memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk memakmurkan bumi. Menurut Kiai Ma'ruf, dalam memakmurkan bumi dapat dilakukan dengan pengembangan ekonomi, baik yang menyangkut sektor pertanian, industri, perdagangan, pertambangan, keuangan, dan lain-lain.

"Generasi yang muttaqin dengan generasi mu’ammirin ini artinya kita membangun sumber daya manusia yang unggul yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki iman dan takwa atau imtaq," katanya.

Sedangkan yang terakhir, Wapres juga menilai pentingnya mmembangun generasi yang wasathiyyin yaitu generasi yang berpikir moderat atau wasathiy. Moderat di sini, lanjut Wapres, bukan yang berlebihan sehingga menimbulkan perselisihan dan disharmoni di antara umat, masyarakat dan bangsa.

Menurutnya, ini sejalan dengan program pemerintah yang menekankan pada pentingnya moderasi beragama seperti yang termaktub dalam RPJMN 2020-2024.

"Dan tidak pula tafrithiy cara berfikir yang apatis yang mengakibatkan tidak memiliki semangat untuk berdakwah," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement