Kamis 24 Feb 2022 20:29 WIB

KLHK Pastikan IKN Bukan Daerah Kantong Sebaran Orang Utan

Populasi orangutan di Kalimantan terbagi ke dalam 17 lanskap yang jauh dari IKN.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus raharjo
aman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) kembali menerima seekor orangutan jantan liar dewasa hasil penyelamatan bersama antara Tim Wildlife Rescue Unit (WRU), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Yayasan IAR Indonesia, Yayasan Palung dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Penjalaan. (Ilustrasi)
Foto: istimewa
aman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) kembali menerima seekor orangutan jantan liar dewasa hasil penyelamatan bersama antara Tim Wildlife Rescue Unit (WRU), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Yayasan IAR Indonesia, Yayasan Palung dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Penjalaan. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menuturkan, wilayah pusat Ibukota Negara (IKN) berada di bekas kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI), yang bukan merupakan hutan primer lagi. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipatif guna mengurangi dampak yang terjadi dalam pembangunan IKN. Seperti AMDAL, KLHS, hingga koridor.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian LHK, Wiratno mengeklaim uusat IKN bukanlah merupakan daerah sebaran alami orangutan. Wiratno menerangkan, peta sebaran orangutan di wilayah IKN, berdasarkan PHVA (2016) populasi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) terbagi ke dalam 17 lanskap.

Baca Juga

Yyaitu Lanskap Beratus, Sungai Wain, TN Kutai-Bontang, Belayan-Senyiur, Wehea-Lesan, Sangkulirang, Tabin, Area Hutan Tengah, Kinabatangan Rendah, Kinabatangan Utara, Ulu Kalumpang, Crocker, Lingkabau, Bonggaya, Ulu Tungud, Trus madi, Sepilok, dengan total jumlah orangutan sebanyak 14.540. "Orangutan terdekat dengan IKN hanya di lanskap Sungai Wain. Orangutan yang terdapat di areal Sungai Wain adalah orangutan hasil rehabilitasi," tutur Wiratno, dalam keterangan, Kamis (24/2/2022).

Jumlah orangutan yang sudah dirilis dari ketiga Pusat Rehabilitasi yaitu Samboja (BOSF), Jejak Pulang dan Pusat Suaka orangutan Arsari Itciku adalah sebagai berikut: (1) Sungai Wain (tahun 1992-1997) sejumlah 78 orangutan; (2) Meratus (tahun 1997-2002) sejumlah 338 orangutan, dan (3) KJ7 (tahun 2012-2021) sejumlah 126 orangutan. Tempat pelepasliaran ini berada di zona luar pembangunan IKN.

Untuk antisipasi agar orangutan tidak ke zona IKN, dilakukan upaya antisipatif bersama dengan para pihak. Antara lain membangun koridor satwa liar, memulihkan ekosistem untuk memperbanyak klaster habitat satwa. Terutama di bekas tambang dan melakukan mobilisasi Wildlife Respon Unit (WRU), serta mengoperasionalkan call center untuk menerima laporan masyarakat, agar dapat dilakukan respons cepat apabila ditemukan orangutan yang keluar dari tempat rehabilitasinya.  

Wiratno menegaskan kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan isu terfragmentasinya habitat orangutan karena adanya pembangunan IKN. Dalam KLHS IKN, telah diidentifikasi lokasi-lokasi yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi untuk dipertahankan. Selain itu lokasi-lokasi yang rusak agar dapat dilakukan penanaman kembali/pemulihan ekosistem dan membuat koridor satwa.

"Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu membangun, dan harus dapat menjalankan pembangunan berkelanjutan, di mana ada keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan, termasuk habitat satwa liar. Pembangunan IKN menerapkan konsep Green Infrastructure, sesuai dengan Instruksi Presiden," ujar Wiratno.

Kemudian, Wiratno menjelaskan bahwa sumber daya alam hayati menjadi basis dalam pembangunan. Pembangunan yang diharapkan adalah pembangunan by design di mana pembangunan harus mengikuti master plan yang memperhatikan sebaran data keanekaragaman hayati dari vegetasi, spesies, bahkan genetik. Serta mempertimbangkan sebaran satwa, dan menjamin satwa liar tetap lestari di habitatnya. Upaya untuk mendapatkan data yang komprehensif dan analiltis dilakukan melalui survei biodiversity secara menyeluruh sehingga menjadi baseline data yang memadai untuk pembangunan IKN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement